Pejabat The Fed Ingatkan Risiko Inflasi Jika Suku Bunga Dipangkas Terlalu Agresif

Ussindonesia.co.id – , JAKARTA – Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Lorie Logan menilai pemangkasan suku bunga bulan lalu sudah tepat, namun menegaskan The Fed perlu ekstra hati-hati agar inflasi tidak semakin sulit dikendalikan.

Melansir Reuters pada Jumat (3/10/2025), Logan menekankan perlunya kehati-hatian dalam melakukan pemangkasan suku bunga dari titik ini, dan memastikan ketepatan kalibrasi kebijakan.

“Hal ini agar tidak sampai melonggarkan kondisi terlalu jauh, lalu terpaksa membalikkan arah kebijakan. Itu akan sangat menyakitkan dalam upaya mengembalikan stabilitas harga,” ujar Logan di hadapan mahasiswa pascasarjana Universitas Texas di Austin.

: Harga Emas Melemah Dipicu Komentar Pejabat The Fed

Logan menambahkan, dengan ekspektasi tarif impor dan tekanan lain yang mendorong inflasi sedikit lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang, normalisasi kebijakan moneter akan berlangsung lebih lambat untuk memastikan inflasi benar-benar turun ke target 2%.

Logan, yang tahun ini tidak memiliki hak suara dalam komite penentu kebijakan Fed, mendukung keputusan September untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Menurutnya, langkah itu merupakan bentuk asuransi menghadapi potensi kenaikan mendadak tingkat pengangguran, yang pada Agustus tercatat 4,3%.

: : SHUTDOWN PEMERINTAHAN AS : The Fed Bakal Sulit Putuskan Bunga

Seiring dengan penutupan pemerintahan AS, laporan ketenagakerjaan bulanan yang biasanya dirilis Departemen Tenaga Kerja pada Jumat terpaksa tertunda. Namun, sejumlah indikator lain menunjukkan pasar tenaga kerja masih melambat secara bertahap, tanpa lonjakan signifikan pada tingkat pengangguran.

“Saya memperkirakan tingkat pengangguran akan sedikit meningkat dalam beberapa bulan mendatang, tetapi masih berada di kisaran yang dekat dengan target,” ungkapnya.

Meski begitu, Logan menyoroti inflasi yang telah berada di atas target 2% selama empat tahun terakhir, ditambah tekanan tambahan dari kebijakan tarif. Dia menuturkan, risiko ekspektasi inflasi jangka pendek yang meningkat kemudian menetap dalam jangka panjang kini semakin besar.

“Kita perlu mengantisipasi itu dalam menentukan kebijakan,” jelasnya.

Logan juga menyinggung kondisi pasar tenaga kerja, yang dinilai masih seimbang meski menunjukkan tanda-tanda pendinginan. Menurutnya, tantangan terbesar saat ini dialami oleh lulusan baru yang lebih sulit mendapatkan pekerjaan.

“Butuh waktu lebih lama untuk mendapatkan pekerjaan karena saat ini tingkat perekrutan rendah. Itu hal yang perlu benar-benar diperhatikan karena menunjukkan pasar tenaga kerja bisa lebih rentan terhadap guncangan. Namun, di sisi lain, kita juga tidak melihat adanya gelombang PHK besar-besaran,” ujarnya.

Logan tidak secara langsung menyinggung dampak minimnya data resmi akibat penutupan pemerintahan terhadap tugasnya memantau perubahan ekonomi. 

Namun, dia mengungkapkan diskusi dengan pelaku usaha lokal kerap memberi gambaran kondisi ekonomi yang lebih kuat dibandingkan data resmi, sehingga membuatnya lebih berhati-hati ketimbang sebagian koleganya dalam mendorong penurunan suku bunga tahun lalu.