Penurunan BI Rate Buka Peluang Turunnya Bunga KPR, tapi Terganjal Biaya Dana

Ussindonesia.co.id  JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan sebanyak lima kali sepanjang tahun ini sebesar total 1,25% ke level 4,75% memberi harapan bagi calon pembeli rumah. 

Penurunan tersebut berpotensi menurunkan bunga kredit kepemilikan rumah (KPR), meski realisasinya bergantung pada seberapa cepat biaya dana bank ikut menyusut.

Direktur Consumer Banking Bank Negara Indonesia (BNI) Corina Leyla Karnalies menilai, sinyal penurunan bunga kredit mulai terlihat, namun efeknya tidak instan. “Biasanya butuh beberapa bulan agar biaya dana bank turun seiring penurunan BI rate. 

Margin Bunga Perbankan Berpotensi Kembali Merekah

Selain itu, persaingan di pasar juga jadi faktor penting,” ujar Corina, Kamis (18/9). Per Juni 2025, BNI mencatat outstanding KPR sebesar Rp 68,4 triliun atau tumbuh 9,9% secara tahunan.

Meski BI sudah lima kali menurunkan suku bunga sejak Januari, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan rata-rata suku bunga dasar kredit (SBDK) bank umum untuk segmen KPR masih di 9,23%. Per 8 September 2025, BNI menetapkan SBDK KPR di 9,20% dengan margin keuntungan sekitar 2,12%. 

Sementara itu, Bank Rakyat Indonesia (BRI) mematok di level 10% dengan margin 3,46% per 1 September, dan Bank Central Asia (BCA) di 9,44% dengan margin 4,65% per 31 Agustus.

Genjot Pertumbuhan Ekonomi, BI Masih Buka Peluang Pemangkasan Suku Bunga

EVP Consumer Loan BCA, Welly Yandoko, menegaskan bahwa penurunan BI rate memang menjadi bahan pertimbangan, tetapi tidak otomatis membuat bunga KPR turun. Menurutnya, BCA juga memperhitungkan kondisi pasar, likuiditas, rasio dana murah, dan tingkat kredit bermasalah. 

“Kami terus melakukan kajian mengenai suku bunga ini di internal, sambil memantau perkembangan pasar,” kata Welly.

Meski begitu, ia berharap penurunan suku bunga acuan bisa mendorong aktivitas ekonomi, meningkatkan transaksi properti, memperbesar penyaluran KPR, sekaligus meringankan cicilan nasabah. 

Dengan demikian, risiko tunggakan juga bisa ditekan. Per Juni 2025, outstanding KPR BCA tercatat Rp 137,6 triliun, tumbuh 8,4% secara tahunan.

Dapen BCA Optimistis Kinerja Investasi Tumbuh Positif Usai Penurunan BI Rate

Di sisi lain, Senior Vice President LPPI Trioksa Siahaan menilai bank masih sulit segera menurunkan bunga KPR karena biaya dana perbankan masih tinggi. Hal ini dipicu strategi bank menawarkan special rate deposito, sehingga dana masuk tetap berbiaya mahal.

Namun, ia memperkirakan ada peluang bunga KPR turun dalam waktu dekat. Sebab, pemerintah tengah menambah likuiditas murah ke sistem perbankan, yang bisa meringankan biaya dana bank.