Pilah-pilih Saham Pelat Merah Menyambut Injeksi Danantara di Proyek Pemerintah

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Harga-harga saham pelat merah dari emiten BUMN terpantau sudah naik 7,20% sejak awal seiring dengan optimisme guyuran likuiditas dari Danantara Indonesia ke sejumlah proyek strategis.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks yang mengukur kekuatan saham BUMN terlikuid yaitu IDXBUMN20 tercatat naik 7,20% secara year-to-date per 6 November 2025. Kenaikan itu masih di bawah laju IHSG yang sudah melesat 17,76% ke level 8.337 pada saat bersamaan.

Kiwoom Sekuritas memperkirakan prospek indeks IDXBUMN20 akan tersulut penurunan suku bunga, kembalinya arus dana asing, dan meningkatnya minat investasi strategis dari lembaga investasi Danantara

: Prabowo Evaluasi Proyek DME, Danantara Pastikan Kesiapan Pendanaan

Head of equity research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan meski memiliki prospek, dia menilai tantangan tetap datang dari sisi eksekusi proyek, tata kelola, dan risiko fluktuasi di sektor energi serta komoditas yang masih tinggi.

“Katalis utama bagi pasar tahun depan juga datang dari kebijakan fiskal ekspansif pemerintah, dorongan stimulus infrastruktur, serta potensi injeksi investasi Danantara pada berbagai proyek strategis BUMN,” ujarnya kepada Bisnis dikutip, Rabu (5/11/2025)

: : Bos Danantara Buka-Bukaan Soal Proyek DME

Kombinasi faktor tersebut, lanjutnya, diperkirakan dapat mengerek valuasi emiten besar, terutama di sektor perbankan, telekomunikasi, dan energi.

Dalam peta rekomendasi sektor, dia masih menempatkan sektor perbankan yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) sebagai sektor pilihan.

: : Danantara Pastikan 18 Proyek Hilirisasi Senilai Rp600 Triliun Siap Jalan 2026

Liza menyarankan untuk saham BMRI dengan strategi membeli saham saat harganya berhasil menembus (breakout) level resisten atau strategi membeli lebih banyak saham pada harga yang lebih tinggi dari pembelian awal average up lebih di level 4600.

Sementara untuk level support  di target harga 4460-4440 atau 4320-4300. Sementara itu, Liza juga merekomendasikan saham BBRI 4.200–4.270 hingga 4.450.  

Selain sektor perbankan, lanjutnya, sektor telekomunikasi seperti PT Telkom Indonesia Tbk.(TLKM) dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) sebagai sektor dengan prospek overweight berkat arus kas yang kuat dan prospek dividen yang menarik.

Dia menyarankan para investor untuk bersikap hati-hati dan tidak terlalu agresif dalam menambah terhadap saham TLKM.

“Untuk saat ini, wait and see adalah pendekatan terbaik. Posisi spekulatif baru bisa dipertimbangkan dengan strategi average up di atas Rp3.410–Rp3.500, jika harga berhasil menutup di atas level tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, sektor utilitas dan energi yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dan PT  Pertamina Geothermal Tbk. (PGEO) dan PT Jasa Marga Tbk. (JSMR) dipandang sebagai pendukung pertumbuhan jangka menengah, terutama dengan dorongan transisi menuju energi hijau.

Sisi lain, untuk komoditas, saham seperti PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) tetap dipantau secara selektif mengingat volatilitas harga global yang tinggi.

“Sementara itu, sektor unggulan tetap bank dan telekomunikasi karena cashflow stabil dan prospek dividen tinggi,” imbuhnya.

Liza menyebut peran Danantara dinilai akan menjadi katalis penting dalam meningkatkan efisiensi, daya saing, dan valuasi BUMN ke depan, khususnya di sektor infrastruktur dan energi hijau.

Proyek Stretegis

Dalam kesempatan terpisah, CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI) Danantara Rosan Roeslani memastikan bahwa pendanaan untuk 18 proyek hilirisasi yang tengah disiapkan pemerintah tidak menghadapi kendala.

Rosan menyebut proyek-proyek yang sudah lengkap dari sisi finansial, legalitas, administrasi, hingga teknologinya dapat langsung digarap untuk berjalan pada tahun mendatang atau pada 2026.

Hal itu disampaikan Rosan usai mengikuti rapat terbatas yang secara khusus membahas pendanaan dan kesiapan pelaksanaan proyek hilirisasi dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Kamis (6/11/2025).

“Sudah ada yang dari 18 [proyek] ada berapa yang sudah oke, baik secara finansial, secara legal, administrasi, teknologi sudah oke itu bisa segera dijalankan,” katanya kepada wartawan.

Lebih lanjut, dia juga menjelaskan bahwa aspek pendanaan turut dibahas dalam konteks peran Danantara sebagai lembaga investasi pemerintah untuk mewujudkan program-program tersebut.

Menurutnya, dalam merealisasikan proyek dengan total hingga Rp600 triliun ini dapat diakomodasi mengingat kondisi pendanaan saat ini sangat kuat, didukung peringkat kredit terbaik dari lembaga pemeringkat.

“Yang saya sampaikan ke bapak presiden bahwa kalau dari pendanaannya kita tidak ada masalah. Kita mempunyai pendanaan yang sangat baik, sangat solid. Kita pun melakukan rating baik oleh Pefindo, ratingnya AAA, Fitch juga AAA, rating tertinggi yang kita dapatkan, saya laporkan itu,” tandas Rosan.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut bahwa terdapat 18 proyek hilirisasi yang akan dikoordinasikan dengan BPI Danantara.

Mengingat, rencananya proyek ini akan dimulai pada tahun depan. Adapun,beberapa proyek yang dimaksud adalah pabrik Dimethyl Ether (DME) yang akan menggantikan produk Liquified Petroleum Gas (LPG), hingga kilang minyak.

“Kami akan selesaikan di tahun ini [persiapan], untuk semuanya dan di 2026 langsung pekerjaan di lapangan bisa berjalan,” katanya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.