Wall Street Ditutup Melemah, Imbal Hasil Obligasi Naik dan Bitcoin Anjlok

Ussindonesia.co.id  NEW YORK. Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Senin (1/12/2025), terdorong kenaikan imbal hasil obligasi dan data ekonomi yang menunjukkan sektor manufaktur masih tertekan akibat tarif perdagangan. 

Investor kini menantikan keputusan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) pekan depan.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 427,09 poin atau 0,90% ke level 47.289,33. S&P 500 melemah 36,46 poin atau 0,53% ke 6.812,63, sementara Nasdaq Composite turun 89,76 poin atau 0,38% menjadi 23.275,92.

Imbal Hasil Obligasi AS 10 Tahun Naik di Sesi Terakhir November

Survei Institute for Supply Management (ISM) mencatat sektor manufaktur AS menyusut untuk bulan kesembilan berturut-turut pada November. Penurunan ini dipicu melemahnya pesanan dan naiknya biaya produksi akibat efek tarif. 

Pasar sebagian besar telah memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan dua hari yang berakhir 10 Desember, dengan probabilitas 85,4%, menurut CME FedWatch Tool.

“Pasar memang masih digerakkan oleh laporan laba, tapi sekarang fokusnya pada The Fed,” kata Joe Saluzzi, partner dan kepala riset pasar saham di Themis Trading, New Jersey. 

Ia menambahkan, “Saya tidak melihat alasan mengapa tren naik tidak bisa berlanjut, mungkin lebih lambat, tapi tetap naik hingga akhir tahun.”

Meski banyak pembuat kebijakan mengambil sikap hati-hati, sinyal dovish dari beberapa anggota voting utama The Fed, ditambah laporan bahwa penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett menjadi kandidat kuat pengganti Ketua The Fed Jerome Powell, meningkatkan ekspektasi pelonggaran moneter lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang. 

Imbal Hasil Obligasi Pemerintah Turun 88% ytd, Purbaya: Beban Bunga Utang Lebih Murah

Powell dijadwalkan berbicara setelah penutupan pasar, namun kemungkinan besar tidak membahas kebijakan moneter karena mendekati pertemuan The Fed.

Investor juga menunggu laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) untuk September, indikator inflasi favorit The Fed, yang tertunda dan akan dirilis Jumat ini. 

Meski pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga, imbal hasil obligasi AS justru meningkat menyusul pelemahan obligasi pemerintah Jepang dan Eropa setelah komentar Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda yang menyinggung kemungkinan kenaikan suku bunga.

Kenaikan imbal hasil menekan sektor S&P 500 seperti properti dan utilitas, yang kerap dianggap mirip obligasi oleh investor. Saham kripto juga melemah signifikan: Coinbase turun 4,8% dan Bitfarms 5,7%, seiring bitcoin anjlok hampir 6% dan sempat menyentuh level di bawah US$85.000. 

Imbal Hasil Obligasi AS Naik Menjelang Lelang Surat Utang 30 Tahun

Sejak mencapai rekor sekitar US$4,3 triliun, pasar kripto telah kehilangan lebih dari US$1 triliun, menurut CoinGecko. Strategy, pemegang kripto terbesar dunia, turun 3,3% setelah sebelumnya anjlok hingga 12%, menyusul penurunan prediksi laba 2025 akibat performa bitcoin yang lemah.

Di sisi lain, ritel besar menjadi sorotan menjelang Cyber Monday, dengan pengeluaran online diperkirakan mencapai US$14,2 miliar, menurut Adobe Analytics. 

Saham Walmart dan Target masing-masing naik 0,9% dan 0,8%, sedangkan indeks ritel S&P 500 naik 0,2%. Saham Synopsys melonjak 4,9% setelah Nvidia mengumumkan investasi US$2 miliar pada penyedia perangkat lunak desain semikonduktor itu.

Jumlah saham yang turun melebihi yang naik di NYSE dengan rasio 1,86:1, dan di Nasdaq 2,33:1. S&P 500 mencatat 17 level tertinggi baru dalam 52 minggu dan satu level terendah baru, sementara Nasdaq mencatat 76 level tertinggi baru dan 78 level terendah baru. 

Wall Street Lesu Selasa (26/8), Setelah Trump Pecat Pejabat The Fed Lisa Cook

Total volume perdagangan di bursa AS mencapai 15,64 miliar saham, dibandingkan rata-rata 18,64 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.