Ringkasan Berita:
- IMF memperingatkan Purbaya terkait defisit APBN 2025 yang berpotensi melebar menjadi sekitar 2,8 persen dari PDB
- IMF meminta pemerintah menjaga disiplin fiskal dan memperketat pengelolaan anggaran
- Meski memberi peringatan, IMF tetap menilai prospek ekonomi Indonesia cukup stabil, dengan proyeksi pertumbuhan sekitar 5 persen pada 2025 dan 5,1 persen pada 2026
Ussindonesia.co.id Di tengah dinamika ekonomi global yang tak kunjung mereda, sebuah peringatan keras datang dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Lembaga keuangan dunia itu menyampaikan sinyal waspada kepada pemerintah Indonesia: defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 berpotensi melebar dan melampaui angka yang telah direncanakan sebelumnya.
Isyarat itu bukan muncul dari sekadar analisis sesaat, melainkan hasil pengamatan mendalam setelah IMF menggelar misi konsultasi Pasal IV 2025 forum tahunan yang wajib diikuti setiap negara anggota IMF yang berlangsung pada 3–12 November 2025 di bawah pimpinan Kepala Misi Pasal IV, Maria Gonzalez.
Misi Pasal IV sendiri merupakan bagian dari mandat Anggaran Dasar IMF, yaitu diskusi bilateral tahunan yang menelaah kondisi ekonomi suatu negara secara menyeluruh.
Dalam misi kali ini, perhatian IMF tertuju pada arah kebijakan fiskal Indonesia dan ancaman tekanan anggaran yang semakin nyata.
IMF mengungkapkan bahwa proyeksi terbaru menunjukkan defisit APBN 2025 akan mencapai 2,8?ri produk domestik bruto (PDB) angka yang jauh lebih besar dibanding target awal pemerintah dalam APBN 2025, yaitu 2,53%, atau setara dengan sekitar Rp 616,2 triliun.
Sinyal bahaya fiskal itu bahkan diperkuat lagi lewat penyataan resmi lembaga tersebut.
“Defisit fiskal akan melebar menjadi sekitar 2,8?ri PDB pada tahun 2025, dan sekitar 2,9% tahun depan berdasarkan proyeksi pertumbuhan dan pendapatan yang lebih konservatif dibandingkan dengan yang diperkirakan dalam anggaran tahun 2026 sebesar 2,7?ri PDB,” dikutip TribunTrends dari siaran pers IMF No. 25/375, Rabu (19/11/2025).
Menurut IMF, tekanan itu muncul seiring langkah pemerintah yang diperkirakan akan memperluas belanja untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi dalam situasi global yang serba tidak pasti.
Meski begitu, IMF menilai laju pertumbuhan Indonesia masih akan bertahan di angka 5% pada 2025 dan sedikit meningkat menjadi 5,1% pada 2026.
“Meskipun menghadapi lingkungan eksternal yang menantang, mencerminkan dukungan dari kebijakan fiskal dan moneter,” ujar tim IMF.
Namun, di balik optimisme moderat itu, IMF menggarisbawahi pentingnya pengelolaan anggaran yang jauh lebih presisi.
Lembaga tersebut menyarankan pemerintah untuk tetap menjaga disiplin fiskal agar ruang anggaran tidak terkikis oleh risiko ekonomi global maupun domestik.
“Menjaga risiko fiskal tetap terkendali akan membutuhkan pengelolaan fiskal yang cermat dan berkelanjutan serta perlindungan yang kuat dan pengawasan yang ketat terhadap operasi kuasi-fiskal,” kata IMF.
IMF juga menekankan betapa pentingnya memperkuat mobilisasi pendapatan negara, meningkatkan kualitas belanja, serta memastikan setiap rupiah dibelanjakan secara efisien agar kebijakan fiskal mampu menopang pertumbuhan tanpa menciptakan beban tambahan jangka panjang.
Dalam laporan hasil Misi Pasal IV itu, IMF memproyeksikan inflasi Indonesia tetap berada dalam jalur yang terkendali dan akan bergerak mendekati titik tengah target.
Defisit transaksi berjalan pun diprediksi tetap stabil dengan cadangan devisa yang masih kuat sebagai bantalan.
Meski begitu, IMF tak menutup mata terhadap risiko eksternal yang makin kompleks.
Ketegangan perdagangan global, ketidakpastian geopolitik yang berkepanjangan, hingga volatilitas pasar keuangan menjadi faktor yang dapat menguji ketahanan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
Dari sisi domestik, risiko pergeseran kebijakan yang terlalu besar tanpa dukungan kerangka pengaman yang memadai juga bisa menciptakan kerentanan.
Namun IMF menyebutkan adanya peluang positif termasuk reformasi struktural yang lebih ambisius, akselerasi kebijakan perdagangan, serta potensi pertumbuhan yang lebih kuat dari negara mitra dagang utama.
***
(TribunTrends/Jonisetiawan)