
Ussindonesia.co.id – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melontarkan ultimatum kepada Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar. Ia meminta pasar modal dibersihkan dari praktik saham gorengan dalam tempo enam bulan atau insentif untuk investor ritel tidak akan turun.
Purbaya menegaskan langkah itu krusial untuk menciptakan ekosistem investasi yang sehat. Pemerintah, kata dia, tidak akan mengucurkan insentif selama pasar masih dipenuhi manipulasi yang merugikan investor pemula.
“Seperti saya janji ke Pak Mahendra, kalau bisa beresin goreng-gorengan itu, nantikan investor ritel terlindungi. Saya akan kasih tambahan insentif, keringanan pajak dan lain-lain supaya banyak orang masuk ke pasar saham. Tapi masuknya bukan ke pasar yang bisa menipu mereka,” kata Purbaya di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (3/12).
Alfeandra Dewangga Minim Menit Bermain di Persib Bandung, Harus Pindah Klub?
Purbaya menilai memberikan insentif di tengah pasar yang masih penuh permainan harga justru akan menciptakan risiko baru. Bahkan, ia menyelipkan candaan yang sarat makna.
“Nanti dosa saya makin besar kalau gitu. Kita harus pastikan masuk ke pasar yang relatif bersih,” tambahnya.
Purbaya menekankan bahwa pemerintah akan menilai keseriusan OJK dalam menindak penggoreng saham dalam kurun waktu setengah tahun ke depan. Parameter yang ditunggu jelas, yakni tindakan hukum yang konkret, termasuk penangkapan atau pemberian sanksi pidana.
“Dalam waktu enam bulan, kalau (pelaku goreng saham) ada yang ditangkap atau dihukum, kita akan kasih insentif dengan cepat. Supaya investor yang masuk ke pasar saham, langsung maupun lewat reksa dana, bisa untung secara fair,” paparnya.
Mental Bangkit Fisik Pulih, Persib Bersiap Lawan Borneo FC
Ia menegaskan dukungan insentif bukan sekadar janji, melainkan strategi pemerintah untuk memperluas partisipasi publik di pasar modal. Namun kuncinya tetap satu: pasar harus bersih terlebih dahulu.
Purbaya optimistis, jika pembersihan pasar modal berjalan dan ekonomi nasional terus membaik, maka investasi saham berpotensi menjadi primadona baru masyarakat. “Kalau ekonominya bagus terus, ke depan investasi di saham adalah investasi yang menarik sekali,” tutupnya.