Rupiah Jisdor Melemah 0,19% ke Rp 16.698 per Dolar AS pada Selasa (11/11)

Ussindonesia.co.id  JAKARTA. Rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ada di level Rp 16.698 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (11/11/2025), melemah 0,19% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.666 per dolar AS.

Senada, rupiah di pasar spot juga ditutup melemah 0,24% ke level Rp 16.694 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di Rp 16.654 per dolar AS. Mengakhiri penguatan mata uanga Garuda tiga hari beruntun.

Pelemahan rupiah sejalan dengan pergerakan sejumlah mata uang Asia, di tengah penguatan dolar AS dan sentimen positif di pasar global menyusul kemajuan pembahasan kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintahan (shutdown) Amerika Serikat yang telah berlangsung lama.

Penjualan Emas Digital Diproyeksi Tembus 25 Juta Gram Hingga Akhir Tahun 2025

Di pasar global, yen Jepang anjlok ke posisi terlemah sejak Februari, sementara mata uang berisiko seperti dolar Australia dan poundsterling menguat terhadap dolar AS.

Euro tercatat stabil di US$1,1555, sedangkan poundsterling naik ke US$1,3165.

Senat AS pada Senin telah meloloskan rancangan undang-undang untuk memulihkan pendanaan federal dan mengakhiri shutdown terpanjang dalam sejarah AS.

RUU tersebut kini dikirim ke DPR AS, di mana Ketua DPR Mike Johnson menyatakan ingin segera mengesahkannya dan mengirimkannya ke Presiden Donald Trump untuk disahkan menjadi undang-undang.

Rupiah Ditutup Loyo di Rp 16.694 Selasa (11/11), Penguatan 3 Hari Beruntun Terhenti

Sentimen pasar dorong pergerakan mata uang

Dolar Australia menjadi salah satu mata uang dengan kenaikan terbesar, menguat 0,7% ke US$0,6536 setelah pemungutan suara di Senat AS.

Namun, penguatannya sempat terkoreksi di sesi Asia sore hari ke sekitar US$0,6520.

“Pasar valas bergerak seiring dengan meningkatnya selera risiko (risk-on sentiment). Mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti dolar Australia diuntungkan, sementara mata uang safe haven seperti yen justru melemah,” ujar Moh Siong Sim, Strategis Bank of Singapore dilansir dari Reuters.

Saham Big Banks Kompak Melemah pada Perdagangan Selasa (11/11)

Yen Jepang masih berada di bawah tekanan karena Perdana Menteri baru, Sanae Takaichi, menyerukan agar Bank of Japan berhati-hati menaikkan suku bunga, di saat pembuat kebijakan AS juga mulai menahan diri dari pemangkasan lanjutan.

“Ekspektasi konvergensi suku bunga antara AS dan Jepang tampaknya tidak berjalan semulus yang diharapkan,” kata Bart Wakabayashi, Manajer Cabang State Street di Tokyo.

“Kemungkinan investor yang sebelumnya mengambil posisi long pada yen mulai menutup posisi mereka.”