Rupiah Pasar Spot Ditutup ke Rp 16.717 per Dolar Rabu (12/11), Lesu 2 Hari Beruntun

Ussindonesia.co.id JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan tren pelemahan. Setelah dua hari berturut-turut tertekan, mata uang Garuda melanjutkan penurunannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (12/11/2025).

Mengutip data Bloomberg, rupiah di pasar spot menutup perdagangan di level Rp 16.717 per dolar AS. Angka ini mencerminkan pelemahan sebesar 0,14% dari posisi penutupan sebelumnya yang berada di Rp 16.694 per dolar AS. Senada dengan pasar spot, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan depresiasi. Jisdor BI tercatat di Rp 16.722 per dolar AS, turun 0,14% dibandingkan posisi hari Selasa (11/11) yang berada di Rp 16.698 per dolar AS.

Sementara rupiah dan beberapa mata uang lainnya melemah, pergerakan di pasar mata uang kawasan Asia justru bervariasi. Salah satu yang paling menonjol adalah kinerja impresif ringgit Malaysia.

Mata uang Negeri Jiran ini justru mencatat penguatan yang signifikan, mencapai posisi tertinggi dalam lebih dari setahun terakhir. Kinerja positif ringgit didukung oleh prospek ekonomi domestik yang cerah serta optimisme pasar bahwa Kongres AS akan segera menemukan jalan keluar dari kebuntuan anggaran yang sempat memicu penutupan sebagian pemerintahan federal. Ringgit terapresiasi hingga 0,3% terhadap dolar AS, mencapai level 4,118, merupakan titik tertinggi sejak 30 September tahun lalu.

Penguatan ringgit Malaysia ini bukan hanya sekadar kilasan sesaat. Mata uang tersebut telah mencatatkan penguatan selama tujuh hari beruntun, menandai rekor terpanjang sejak awal Agustus 2024. Pencapaian ini sekaligus menempatkan ringgit sebagai mata uang dengan kinerja terbaik di Asia sepanjang tahun ini, dengan kenaikan sekitar 8%.

Para analis turut menyoroti faktor-faktor pendorong di balik apresiasi ringgit. Menurut Michael Wan, analis mata uang senior di MUFG, penguatan ini salah satunya ditopang oleh penyelesaian kesepakatan dagang dengan AS, serta implementasi reformasi struktural dan fiskal yang dilakukan oleh Malaysia.

Tidak hanya itu, analis dari Maybank menambahkan bahwa arus masuk dana asing yang solid ke pasar obligasi Malaysia, ditambah dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang kuat, semakin mendukung apresiasi ringgit. Sebuah jajak pendapat Reuters memperkirakan bahwa ekonomi Malaysia akan tumbuh pada laju tercepat dalam setahun pada kuartal III-2025, didorong oleh pemulihan di sektor-sektor utama dan konsumsi rumah tangga yang tetap tangguh.

Di sisi lain spektrum pergerakan mata uang, won Korea Selatan menunjukkan tren yang berbeda. Won melemah hingga 0,5% terhadap dolar AS, mencapai level 1.470. Posisi ini merupakan yang terendah sejak awal April 2025, menggambarkan dinamika pasar mata uang regional yang kompleks.