JAKARTA – Nilai tukar rupiah menunjukkan performa impresif dengan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, mengungkapkan bahwa tren positif ini didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), dalam waktu dekat.
Josua menjelaskan, sentimen pasar ini berawal dari pernyataan penting salah satu pejabat The Fed, Lisa Cook. Menurutnya, laporan pekerjaan di ekonomi AS ‘mengkhawatirkan’, sebuah sinyal yang dapat memicu pergeseran tren ekonomi secara keseluruhan. Pernyataan ini secara signifikan meningkatkan probabilitas bahwa anggota Federal Open Market Committee (FOMC) akan mencapai konsensus untuk memangkas suku bunga kebijakan dalam waktu dekat, sebuah langkah yang sangat dinantikan pasar.
Harapan akan pemangkasan suku bunga ini menciptakan tekanan pada dolar AS, yang kemudian menunjukkan pelemahan. Bersamaan dengan itu, sentimen risiko di pasar saham AS juga cenderung meningkat sebagai respons. Selain dinamika suku bunga, pasar juga menyoroti perkembangan politik terkait dengan pencalonan pengganti Adrianna Kugler. Penunjukan ini dipandang krusial untuk memperoleh arah kebijakan FOMC yang lebih terperinci dan jelas di masa mendatang.
Lebih lanjut, Josua Pardede menambahkan bahwa Presiden AS, Donald Trump, telah mengonfirmasi akan menunjuk calon pengganti Kugler pada akhir pekan ini. Bahkan, proses seleksi untuk calon pengganti Ketua The Fed, Jerome Powell, telah dipersempit menjadi empat finalis, sebuah indikasi kuat bahwa transisi kepemimpinan di bank sentral AS sedang bergerak maju.
Selain faktor eksternal dari kebijakan The Fed, penguatan rupiah juga ditopang oleh peningkatan permintaan terhadap mata uang domestik. Permintaan ini tumbuh signifikan di tengah ketidakpastian yang masih membayangi kawasan Asia, menjadikan rupiah pilihan yang lebih menarik. Dengan mempertimbangkan berbagai dinamika ini, Josua memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.275 hingga Rp 16.400 per dolar AS.
Kondisi pasar ini tercermin jelas pada pembukaan perdagangan Kamis pagi di Jakarta. Nilai tukar rupiah sukses mengukuhkan penguatan sebesar 44 poin, atau setara dengan 0,27 persen, mencapai level Rp 16.318 per dolar AS. Angka ini melonjak dari posisi penutupan sebelumnya yang berada di level Rp 16.362 per dolar AS, menandai momentum positif bagi mata uang domestik.
Ringkasan
Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Sentimen ini muncul setelah pernyataan pejabat The Fed yang mengindikasikan kekhawatiran terhadap laporan pekerjaan di ekonomi AS, meningkatkan probabilitas pemangkasan suku bunga kebijakan.
Penguatan rupiah juga didukung peningkatan permintaan mata uang domestik di tengah ketidakpastian di Asia. Kondisi ini tercermin pada pembukaan perdagangan di Jakarta, di mana rupiah menguat dan mencapai level Rp 16.318 per dolar AS.