Jakarta, IDN Times – Pernahkah kamu melihat harga saham yang terus meroket hingga terasa tidak wajar? Hati-hati, bisa jadi itu adalah kondisi overbought. Apa itu overbought?
Dilansir Investopedia, istilah tersebut merujuk pada situasi di mana harga sebuah aset atau sekuritas diperdagangkan jauh di atas nilai wajarnya setelah mengalami tren kenaikan yang signifikan.
Kondisi overbought sering dianggap sebagai sinyal harga akan segera terkoreksi atau turun. Para investor dan trader biasanya menggunakan berbagai alat, baik melalui analisis fundamental maupun teknikal, untuk mengidentifikasi fenomena itu sebelum memutuskan langkah selanjutnya.
1. Mengevaluasi saham overbought dengan analisis fundamental
Salah satu cara klasik untuk menilai apakah harga saham sudah kemahalan adalah melalui analisis fundamental, yakni dengan melihat rasio harga terhadap pendapatan atau Price-to-Earnings (P/E) ratio.
Analisis tersebut membandingkan harga saham sebuah perusahaan dengan laba yang dihasilkannya. Jika rasio P/E suatu saham sudah jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata saham lain di industri sejenis atau indeks acuannya, ini bisa menjadi pertanda bahwa harganya sudah terlalu tinggi (overvalued).
Investor yang menggunakan pendekatan tersebut cenderung akan menunda pembelian karena menganggap saham tersebut sudah masuk dalam kategori overbought.
2. Mengidentifikasi saham overbought dengan analisis teknis
Berbeda dengan fundamental, analisis teknis lebih fokus pada data historis pergerakan harga dan volume perdagangan di dalam grafik. Para trader teknikal menggunakan berbagai indikator untuk memprediksi arah harga saham di masa depan.
Salah satu alat yang populer adalah Bollinger Bands, yang bekerja seperti sebuah “kanal harga” pada grafik. Indikator tersebut terdiri dari tiga garis: garis tengah berupa rata-rata pergerakan harga, serta garis atas dan bawah.
Ketika harga saham menyentuh atau menembus garis batas atas, banyak trader menganggapnya sebagai sinyal overbought.
3. Andalkan indikator RSI untuk temukan sinyal overbought
Untuk mendapatkan sinyal yang lebih tajam, trader sering mengandalkan indikator teknikal yang lebih canggih, salah satunya adalah Relative Strength Index (RSI). Indikator tersebut berfungsi untuk mengukur momentum atau kekuatan di balik pergerakan harga dalam periode waktu tertentu, biasanya 14 hari.
RSI ditampilkan dalam skala 0 hingga 100. Angka di atas 70 secara umum dianggap sebagai sinyal kuat bahwa saham tersebut sudah berada di wilayah overbought. Artinya, tekanan beli sudah sangat jenuh dan ada potensi besar akan terjadi pembalikan arah atau koreksi harga.
Untuk hasil yang lebih akurat, banyak trader mengombinasikan sinyal dari RSI dengan indikator lain seperti Bollinger Bands. Jika RSI sudah di atas 70 dan harga saham juga mendekati batas atas Bollinger Bands, maka kemungkinan besar saham tersebut memang sudah overbought.
BCA Pastikan Buyback Saham Senilai Maksimal Rp5 Triliun IHSG Melambung Seharian, 5 Saham Ini Paling Cuan 3 Tips Aman Berinvestasi di Pasar Saham saat Harga Sedang Naik