Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) berhasil menunjukkan kinerja yang solid pada kuartal III-2025, ditopang oleh pemulihan kuat di segmen seluler. Momentum positif ini utamanya berasal dari peningkatan imbal hasil (yield) data yang signifikan, menandai keberhasilan strategi perusahaan dalam mengoptimalkan lini bisnis utamanya.
Rincian menunjukkan bahwa pendapatan dari layanan data, internet, dan IT Telkomsel melonjak 5,5% secara kuartalan. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan yield data gabungan sebesar 11,2% dari kuartal sebelumnya, mencapai Rp 3.400 per GB. Lonjakan tarif ini terbukti krusial, bahkan mampu mengimbangi penurunan lalu lintas data sebesar 3% secara kuartalan, sembari tetap mencatat kenaikan 11,8% secara tahunan. Ini mencerminkan hasil optimalisasi strategi penyederhanaan produk, rasionalisasi harga, serta bonus yang efektif mendukung perbaikan harga di segmen seluler. Di sisi lain, pendapatan dari layanan legacy terus mengalami penurunan tajam, anjlok 22% secara kuartalan dan 34% secara tahunan, kini hanya menyumbang 6,8% dari total pendapatan seluler Telkomsel, mendekati target manajemen sebesar 5%.
Kafi Ananta, Analis BRI Danareksa Sekuritas, dalam risetnya pada 7 November 2025, memproyeksikan momentum positif pada yield ini akan berlanjut hingga kuartal IV-2025. Prediksi ini didasari oleh disiplin harga yang semakin ketat dan portofolio produk yang semakin ramping. Meskipun demikian, Kafi memperkirakan pendapatan data untuk tahun penuh 2025 masih akan mengalami sedikit penurunan tipis sebesar 1,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berbanding terbalik dengan segmen seluler, kinerja IndiHome justru masih menghadapi tekanan. Pendapatan dari IndiHome tercatat turun 1,7% secara kuartalan dan 2,2% secara tahunan pada kuartal III tahun ini. Kafi menjelaskan, penurunan ini disebabkan oleh merosotnya Average Revenue per User (ARPU) menjadi Rp 210.000 di kuartal III, meskipun dalam sembilan bulan di tahun 2025 ARPU IndiHome sempat mencapai Rp217.000. Kendati demikian, jumlah pelanggan IndiHome tetap menunjukkan pertumbuhan, bertambah 200.000 menjadi total 10,3 juta pelanggan.
Manajemen Telkom (TLKM) menguraikan bahwa penurunan ARPU tersebut merupakan konsekuensi dari peralihan pelanggan dari paket 3P/2P ke paket 1P (internet only), serta strategi ekspansi ke segmen entry-level di luar Jawa. Pemantauan harga IndiHome pada November 2025 juga mengindikasikan penurunan rata-rata harga sebesar 3,6% dibandingkan bulan sebelumnya, seiring peluncuran paket internet + gaming. Hal ini menjadi sinyal bahwa prospek pertumbuhan jangka pendek untuk IndiHome masih akan menghadapi tantangan. Tak hanya IndiHome, segmen Enterprise dan Wholesale & International Business (WIB) juga menunjukkan pelemahan, masing-masing turun 2,9% dan 7,7% secara kuartalan, terpengaruh oleh ketatnya anggaran pemerintah dan penurunan struktural pada pendapatan interkoneksi.
Melihat kondisi ini, Kafi Ananta dari BRI Danareksa Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi buy untuk saham TLKM. Ia bahkan menaikkan target harga (TP) saham Telkom menjadi Rp 4.000 per saham. Kenaikan target ini didasari oleh peralihan valuasi ke tahun 2026 dan penerapan multiple EV/EBITDA sebesar +1SD (5,8x). “Kenaikan target ini mencerminkan disiplin harga yang membaik dan eksekusi monetisasi yield yang solid,” tegas Kafi. Pada Jumat (7/11), harga saham TLKM ditutup turun 0,29% dari hari sebelumnya, berada di level Rp 3.470 per saham.
Lebih lanjut, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan ARPU di segmen seluler pada tahun 2026 dan 2027 akan direvisi naik menjadi Rp 45.000 dan Rp 46.100. Skenario dasar ini belum memasukkan potensi re-rating dari rencana spin-off InfraCo, sebuah inisiatif strategis yang berpotensi memberikan dividen yield sebesar 5,4%–7,8% jika Telkom berhasil menjual 20%–30% saham InfraCo dengan valuasi 9–12x EV/EBITDA.
Terkait dengan klaim pajak senilai Rp 14,6 triliun, manajemen Telkom menegaskan posisi teknis yang kuat. Perusahaan juga mendapatkan dukungan persetujuan dari Kementerian Keuangan atas transfer bisnis IndiHome pada nilai buku. Oleh karena itu, Telkom menyatakan belum perlu membentuk provisi atas kasus tersebut untuk saat ini.
Menutup analisisnya, Kafi memperkirakan pendapatan TLKM akan mencapai Rp 145,55 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 20,88 triliun hingga akhir tahun 2025. Proyeksi untuk tahun 2026 bahkan lebih optimistis, dengan estimasi pendapatan mencapai Rp 152,55 triliun dan laba bersih sebesar Rp 22,18 triliun. Angka-angka ini menyoroti potensi pertumbuhan Telkom Indonesia ke depan.