Sempat Mencapai US$ 125.000, Bagaimana Pergerakan Harga Bitcoin Selanjutnya?

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) sempat menyentuh rekor tertinggi (all time high) di atas US$ 125.000 beberapa waktu lalu. Setelah mencapai harga tersebut, Bitcoin diproyeksi bisa mencapai US$ 150.000 hingga akhir tahun. 

Mengutip coin market cap Jumat (10/10) pukul 18.00 WIB, harga Bitcoin berada di level US$ 121.580. Harga ini telah melonjak 99,28% dibanding tahun lalu (year on year/yoy).  

Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan bahwa berdasarkan data on-chain menunjukkan sesuatu yang dinilai menarik. Yakni hampir tak ada aksi profit taking besar-besaran. Laporan CryptoQuant menegaskan bahwa profit taking masih jauh di bawah puncak historis, menandakan pasar belum berada di fase euforia akhir. 

Pefindo Sematkan Peringkat idSD untuk Waskita Karya (WSKT)

Fahmi bilang, selama 30 hari terakhir, pemegang BTC hanya merealisasikan 0,26 juta BTC atau sekitar US$ 30 miliar keuntungan bersih. Nilai tersebut hanya separuh dari angka bulan Juli (US$ 63 miliar), dan jauh di bawah puncak US$ 78 miliar dan US$ 99 miliar yang terjadi pada Maret dan Desember 2024.

Aktivitas “OG wallets” dompet yang telah menyimpan BTC selama lebih dari satu dekade juga relatif rendah. Hanya 5.000 BTC yang berpindah dalam 30 hari terakhir, separuh dari volume yang keluar pada Maret dan Desember 2024. 

“Artinya, investor berpengalaman belum menjual Bitcoin yang dimiliki, dan investor baru belum cukup agresif merealisasikan keuntungan,” ujar Fahmi kepada Kontan, Jumat (10/10). 

Fahmi menilai kombinasi tersebut menciptakan zona ketenangan di tengah reli, yang sering kali dapat menjadi bahan bakar lanjutan menuju kenaikan berikutnya. Selain itu, data-data ini juga turut menegaskan bahwa pasar belum berada di puncak atau peak dari siklus saat ini. Melainkan fase redistribusi awal menjelang level tertinggi selanjutnya. 

“Ini dapat mempersiapkan Bitcoin untuk memasuki gelombang kenaikan struktural menuju kisaran US$160.000 – US$ 200.000. Namun, investor perlu tetap mengawasi dinamika yang terjadi, khususnya apabila wallet besar kompak merealisasikan profit secara tiba-tiba,” jelas Fahmi.

BlackRock Tambah Aset Kripto Rp360 Triliun dalam Tiga Bulan, Ethereum Jadi Primadona