
Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Bursa saham AS ditutup melemah pada Kamis (6/11/2025) waktu setempat dipicu oleh aksi jual saham teknologi dan meningkatnya kekhawatiran atas prospek ekonomi serta valuasi saham yang dinilai terlalu tinggi.
Melansir Reuters pada Jumat (7/11/2025) indeks Dow Jones Industrial Average turun 273,71 poin atau 0,58% ke level 47.037,29. Indeks S&P 500 melemah 51,43 poin atau 0,76% menjadi 6.744,86, sementara Nasdaq Composite anjlok 321,15 poin atau 1,37% ke posisi 23.178,65.
Dari 11 sektor utama di S&P 500, sektor consumer discretionary menjadi penekan terbesar dengan penurunan 2%. Sebaliknya, sektor energi mencatatkan kenaikan tertinggi secara persentase.
: Trump Siap Bantu Wali Kota Baru New York Zohran Mamdani, Ini Syaratnya
Ketiga indeks utama Wall Street kembali melemah akibat kekhawatiran terhadap valuasi saham yang sudah tinggi, terutama saham-saham yang terkait dengan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Saham-saham berorientasi AI sebelumnya menjadi pendorong reli pasar dalam beberapa bulan terakhir, yang membawa indeks utama mencetak rekor tertinggi beruntun. Namun, pelemahan di sektor ini menjadi pengingat kuat akan ketergantungan Wall Street terhadap saham teknologi.
: : Mamdani Tantang Trump usai Menang Pemilu Wali Kota New York
“Kita baru saja melalui periode kenaikan cepat yang sangat terfokus pada sejumlah saham tertentu. Saat ini pasar sedang berfluktuasi antara saham berisiko tinggi dan saham defensif yang dianggap aman,” Michael Green, Chief Strategist di Simplify Asset Management.
Sementara itu, penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang masih berlangsung membuat pelaku pasar kekurangan data ekonomi penting. Kondisi ini menyulitkan Federal Reserve yang bergantung pada data untuk menilai apakah perlu ada pemangkasan suku bunga tambahan dalam waktu dekat.
: : Donald Trump Kurangi 10% Penerbangan di 40 Bandara Utama AS Imbas Shutdown Berkepanjangan
Dengan terhentinya sumber data pemerintah, berbagai lembaga swasta mulai mengambil peran. Perusahaan konsultan ketenagakerjaan Challenger, Gray & Christmas melaporkan lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebesar 183,1% secara bulanan pada Oktober — terburuk dalam lebih dari dua dekade. Pemangkasan biaya dan otomatisasi berbasis AI menjadi alasan utama.
Di sisi lain, data dari Revelio Labs menunjukkan ekonomi AS kehilangan sekitar 9.100 pekerjaan bulan lalu, dengan sektor pemerintahan menyumbang sebagian besar penurunan.
Green menjelaskan, data PHK dari Challenger cukup mengecewakan dan memperbesar kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja melemah lebih cepat dari yang disadari The Fed.
“Hal ini juga mendorong penyesuaian kembali ekspektasi terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga Desember yang sebelumnya disebut masih diperdebatkan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell,” jelasnya.
Pada Rabu (5/11/2025) lalu, Mahkamah Agung AS menggelar sidang untuk menilai apakah tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump melampaui kewenangan konstitusionalnya dan berpotensi mengguncang pasar.
Musim laporan keuangan kuartal III/2025 juga mendekati akhir, dengan 424 perusahaan dalam indeks S&P 500 telah melaporkan hasilnya. Dari jumlah tersebut, 83% berhasil melampaui estimasi analis menurut data LSEG.
Analis kini memperkirakan pertumbuhan laba tahunan S&P 500 mencapai 16,8% pada periode Juli–September, meningkat tajam dibandingkan proyeksi awal kuartal yang hanya 8%.