
Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menargetkan pencapaian ambisius, yakni perolehan nilai kontrak baru yang melampaui Rp 20 triliun pada tahun 2026. Target ini diproyeksikan menjadi tonggak penting dalam upaya perseroan untuk memperbaiki kinerja keuangan di masa mendatang.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, mengungkapkan target tersebut dalam acara Public Expose WIKA pada Rabu (12/11/2025). Menurutnya, angka di atas Rp 20 triliun ini merupakan bagian dari penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2026, yang dirancang lebih tinggi dari target tahun 2025.
Agung menegaskan, WIKA secara intensif melakukan restrukturisasi keuangan yang komprehensif. Langkah krusial ini bertujuan untuk memastikan arus kas perseroan tetap terjaga demi keberlanjutan proyek-proyek yang akan digarap pada tahun 2026. Manajemen WIKA optimistis bahwa permintaan proyek akan mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan signifikan di awal tahun depan. Sinyal positif ini diperkuat dengan banyaknya lelang proyek yang mulai terlihat, baik dari segmen pemerintah maupun non-pemerintah. Fenomena ini diterjemahkan sebagai sentimen positif dan katalisator potensial bagi pertumbuhan nilai kontrak yang substansial pada tahun 2026.
“Sehingga, kami siapkan dan di antaranya kami melakukan restrukturisasi supaya ke depan bisa lebih kuat dalam mengerjakan proyek,” ujar Agung, menyoroti komitmen perseroan dalam memperkokoh fondasi bisnisnya.
Untuk mencapai target tersebut, WIKA akan mengimplementasikan tiga pilar transformasi utama sepanjang tahun 2026. Fokus pertama adalah strategi pemilihan kontrak yang lebih selektif, memprioritaskan proyek dengan margin yang berkelanjutan dan termin pembayaran yang mendukung kelancaran arus kas. Kedua, perseroan akan memperkuat efisiensi harga pokok penjualan (HPP) melalui peningkatan penerapan lean construction. “Kami memang mulai selektif di dalam memilih proyek. Untuk memperbaiki cash flow memang kami harus mencari proyek-proyek yang monthly payment, sehingga cash flow tidak tertekan,” jelas Agung, menekankan pentingnya kesehatan keuangan.
Agung juga menuturkan bahwa upaya perbaikan kinerja WIKA berjalan seiring dengan progres merger BUMN Karya. Dalam proses penggabungan perusahaan-perusahaan konstruksi milik negara ini, BPI Danantara memegang peran vital. Harapannya, seluruh perusahaan “pelat merah” dapat mencatat perbaikan kinerja dan mencapai profitabilitas pada tahun 2026. Meski demikian, detail lebih lanjut mengenai proses merger ini belum dapat diungkapkan oleh manajemen WIKA. “Kami pastikan bahwa kami sedang intens berkoordinasi dengan Danantara supaya penyehatan WIKA ataupun restrukturisasi ini berjalan dengan baik,” tambahnya.
Kinerja WIKA pada sembilan bulan pertama tahun 2025 menunjukkan urgensi dari strategi transformasi ini. Hingga September 2025, WIKA hanya mampu membukukan kontrak baru sebesar Rp 6,19 triliun, anjlok 60,25% secara tahunan (YoY) dibandingkan Rp 15,58 triliun pada periode yang sama tahun 2024. Pendapatan bersih perseroan juga mengalami penurunan 27,54%, menjadi Rp 9,09 triliun dari Rp 12,54 triliun pada periode serupa tahun 2024. Kondisi ini diperparah dengan catatan rugi bersih sebesar Rp 3,21 triliun per kuartal III 2025, berbanding terbalik drastis dari laba bersih Rp 741,43 miliar yang tercatat pada kuartal III tahun sebelumnya.