
Ussindonesia.co.id JAKARTA. Langkah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level 9.000 di akhir 2025 nampaknya masih berat. Pada perdagangan Selasa (18/11/2025), IHSG justru ditutup melemah 0,65% ke level 8.361,92.
Sebenarnya pada intraday perdagangan Selasa (18/11/2025), IHSG sempat menyentuh ke level tertinggi di 8.442,86. Namun penguatan itu tak bertahan sampai akhir penutupan perdagangan.
Head of Research Retail MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mencermati pergerakan IHSG dari sisi
teknikal masih cenderung konsolidasi terlebih dahulu dan dapat diwaspadai akan adanya koreksi dalam jangka pendek.
“Sementara untuk target akhir tahun, kami memperkirakan untuk target IHSG akan berada pada rentang 8.350 untuk skenario dasar dan 8.900 di skenario terbaiknya,” jelasnya kepada Kontan, Selasa (18/11/2025).
IHSG Terkoreksi Usai Cetak Rekor, Tren Penguatan Masih Terbuka hingga Akhir 2025?
Herditya bilang investor masih akan mencermati dari sisi global yaitu The Fed yang nampaknya masih akan mempertahankan suku bunga acuannya setelah government shutdown yang terjadi.
“Kemudian dari sisi suku bunga acuan dalam negeri atau BI Rate, masih ada probabilitas pemangkasan meskipun secara konsensus masih cenderung tetap,” kata dia.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai peluang IHSG ke 9.000 terbuka meskipun ada beberapa variable pendukung yang harus diperhatikan.
Apalagi ada juga hambatan yang harus diperhatikan, yaitu data Amerika inflasi dan ketenagakerjaan yang memburuk dengan cepat, batalnya penurunan suku bunga The Fed dan batalnya penurunan BI Rate.
IHSG Berpeluang Menguat pada Perdagangan Rabu (19/11), Cermati Sejumlah Sentimennya
Nico menjelaskan secara profitabilitas pergerakan IHSG di Oktober 2025 telah mencapai target yang diproyeksikannya. Saat itu probabilitas sebesar 57% menuju 8.430 dan level tersebut telah terlewati.
“Saat ini ada probabilitas sebesar 59% menuju 8.660. Level ini harus dilewati terlebih dahulu sebelum menuju 9.000,” ucapnya.
Dia bilang saham big cap akan punya potensi untuk bisa mengalami kenaikkan di akhir tahun ini. Dimana, sektor perbankan, komoditas, energi, teknologi, industrial, consumer non-cyclical berpotensi mendapatkan sentimen positif.