
Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan sampai dengan 19 Desember 2025 telah ada 26 perusahaan yang mencatatkan saham perdana di bursa dengan dana yang dihimpun Rp18,11 triliun. Dengan demikian, hingga saat ini masih tersisa 9 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI.
Melansir dokumen pipeline BEI 2025, sebanyak 9 perusahaan yang ada di dalam pipeline tersebut terdiri dari 2 perusahaan di sektor basic materials, 1 perusahaan sektor energi, 3 perusahaan di sektor finansial, 1 perusahaan di sektor industrial, 1 perusahaan teknologi, dan 1 perusahaan di sektor transportasi dan logistik.
Bila dikategorikan berdasarkan skala usahanya, 6 perusahaan tergolong perusahaan besar (lighthouse) dengan aset di atas Rp250 miliar, kemudian 1 perusahaan termasuk skala menengah dengan aset berkisar antara Rp50 miliar sampai Rp250 miliar, dan 2 perusahaan kategori skala kecil dengan aset di bawah Rp50 miliar.
: Usai SUPA, Tinggal 6 Perusahaan Jumbo Berminat IPO
Adapun, perusahaan terbaru yang resmi melantai di bursa adalah PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA) pada Rabu 17 Desember 2025. SUPA memasang harga IPO di Rp635 per saham, dan pada penutupan Jumat (19/12) harganya naik 24,87% ke Rp1.230.
Sebelum SUPA, juga ada PT Abadi Lestari Indonesia Tbk. (RLCO) yang resmi melantai pada Senin 8 Desember 2025. RLCO menetapkan harga penawaran umum di Rp168 per saham, dan pada penutupan Jumat (19/12) ditutup naik 24,88% ke Rp1.330.
: : Dupoin Siap IPO, Perusahaan Pialang Terbesar di JFX
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan banyaknya jumlah perusahaan besar yang akan go public menyiratkan adanya optimisme pelaku usaha pada pasar Indonesia.
“Dan sepertinya [IPO] ada spillover ke Januari [2026]. Harapannya kalau Januari positif, January Effect akan membawa kita untuk ekonomi yang lebih baik di tahun 2026,” ujar Airlangga dalam perayaan HUT Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) ke-37 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (12/12/2025).
: : Superbank Cetak Sejarah dengan IPO Terbesar Sektor Bank Digital Indonesia
Airlangga optimistis aktivitas ekonomi akan menunjukkan perbaikan di awal 2026 setelah melalui tahun ini dengan sederet tantangan.
Sejumlah indikator ekonomi yang membawa optimisme jelang mengawali tahun baru antara lain ialah indeks konsumen masih di atas 100, bahkan di bulan November naik di 124. Kemudian penjualan ritel secara year on year (YoY) tumbuh 5,9%, indeks PMI manufaktur masih ekspansif di 53,3, inflasi yang dapat dijaga di 2,72%, kredit konsumsi tumbuh 7%, sampai indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berulang kali memecahkan rekor tertinggi baru akhir-akhir ini.
“Dengan ini dapat dikatakan bahwa tahun depan kita bukan headwind [kondisi yang menghambat], tetapi kita berharap adanya tailwind [kondisi yang mendukung pertumbuhan],” katanya.
Adapun, selain perusahaan IPO, BEI juga mencatat sampai dengan 19 Desember 2025 terdapat 22 emisi dari 15 penerbit EBUS (efek bersifat utang dan sukuk) yang sedang berada dalam pipeline 2025.
Perinciannya, 1 perusahaan di sektor basic materials, 1 perusahaan consumer non-cyclicals, 4 perusahaan sektor energi, 5 perusahaan finansial, 1 perusahaan industrial, 2 perusahaan sektor infrastruktur, dan 1 perusahaan sektor properti dan real estate. Di luar pipeline tersebut, saat ini telah diterbitkan 178 emisi dari 79 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun mencapai Rp209,4 triliun.
Berikutnya untuk aksi korporasi right issue, BEI mencatat per 19 Desember 2025 terdapat 14 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan right issue dengan total nilai Rp28,11 triliun. Saat ini, masih terdapat 1 perusahaan tercatat di sektor properti dan real estate dalam pipeline right issue BEI 2025.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.