Amman Mineral International (AMMN) Menderita Rugi Bersih, Simak Rekomendasi Analis

Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatat kinerja yang negatif sepanjang semester I-2025.

Emiten pertambangan mineral ini menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 148,72 juta pada akhir semester I-2025, berbanding terbalik dengan capaian semester I-2024 yang mana perusahaan meraih laba bersih US$ 475,25 juta.

Bersamaan dengan itu, penjualan bersih AMMN melorot 88,21% yoy menjadi US$ 182,60 juta pada semester I-2025, dari sebelumnya yaitu sebesar US$ 1,55 miliar.

Dalam keterangan resminya, Manajemen AMMN mengakui masih menghadapi tantangan dalam kesiapan operasional smelter tembaga yang sedang di tahap transisi menuju fe produksi penuh.

Proses komisioning smelter tembaga pada dasarnya bersifat kompleks dan memakan waktu, sebagaimana terlihat dari standar global. Tantangan ini berpotensi memengaruhi tingkat produksi AMMN selama sisa tahun 2025.

IHSG Berpotensi Koreksi Usai Euforia HUT Kemerdekaan RI

“Oleh karena itu, kami terus berdiskusi secara aktif dengan pemerintah terkait fleksibilitas ekspor konsentrat yang penting untuk menjaga keberlanjutan operasi serta mendukung kontribusi fiskal bagi perekonomian daerah maupun nasional,” tulis Presiden Direktur AMMN Arief Sidarto dalam keterbukaan informasi, 31 Juli 2025.

Sementara itu, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai, peluang AMMN untuk memulihkan kinerja keuangan masih cukup berat. Namun, jika proses transisi operasi smelter berjalan lancar dan smelter tersebut benar-benar beroperasi penuh pada akhir tahun, ada potensi AMMN bisa memperbaiki kinerjanya dalam waktu dekat. Setidaknya, rugi bersih emiten tersebut bisa dipangkas.

“Sentimen lain bagi emiten ini adalah prospek harga tembaga yang positif seiring transisi energi global dan kepastian regulasi hilirisasi,” kata Wafi, Senin (18/8).

Dia menambahkan, kebijakan AS yang menerapkan tarif impor 0% untuk tembaga, termasuk dari Indonesia, dapat menjadi katalis positif bagi AMMN mengingat perusahaan ini bakal mengoperasikan smelter yang menghasilkan produk olahan tembaga. “Dampak kebijakan ini baru terasa setelah 2026,” imbuhnya.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan, AMMN perlu memperkuat strategi efisiensi operasionalnya selagi menunggu smelter tembaga perusahaan dapat beroperasi secara penuh. Hal ini cukup penting untuk menahan risiko kerugian yang lebih mendalam akibat keterlambatan produksi smelter. 

Secara umum, permintaan komoditas tembaga yang jadi andalan bagi AMMN cukup prospektif, terutama untuk industri kabel, elektronik, hingga kendaraan listrik. “Peluang ini bisa dimanfaatkan AMMN ketika smelternya beroperasi,” kata dia, Senin (18/8).

Nafan merekomendasikan akumulasi beli saham AMMN dengan target harga di level Rp 9.850 per saham. Adapun Wafi menyarankan Hold saham AMMN dengan target harga Rp 8.000 per saham.

Penguatan IHSG Ditopang Saham Lapis Kedua, Intip yang Masih Menarik