Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Sucor Sekuritas menyematkan rating buy untuk saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dengan target harga Rp19.800. Saat ini, harga BREN masih di kisaran Rp9.000, tepatnya Rp9.150 pada perdagangan sesi I hari ini, Senin (20/10/2025).
Analis Sucor Sekuritas, Andreas Yordan Tarigan dalam risetnya yang terbit 3 Oktober 2025 menyebut bahwa kapasitas terpasang BREN diproyeksikan meningkat tiga kali lipat dari 961 megawatt (MW) pada 2024, menjadi 2,8 gigawatt (GW) pada 2032. Hal ini akan mengukuhkan posisi BREN sebagai operator geothermal terbesar di Indonesia, sekaligus pusat energi hijau Asia Tenggara.
“Keyakinan [target harga] kami didorong oleh kombinasi menarik dari tiga kali ekspansi kapasitas, visibilitas laba yang kuat berkat peluang ekspor berkualitas tinggi, serta arus kas yang tangguh dengan margin solid,” ujar Andreas dikutip Senin (20/10/2025).
: BREN Mulai Pengeboran Sumur Eksplorasi Panas Bumi di Hamiding Maluku Utara
Andreas mengatakan penambahan kapasitas terpasang BREN akan ditopang oleh proyek geothermal di Suoh Sekincau dan Hamiding, serta ekspansi tambahan di energi angin. Lonjakan kapasitas tersebut akan dimulai pada 2026 dengan tambahan 173 MW, terdiri dari 104 MW dari aset geothermal eksisting dan sisanya dari pembangkit angin baru.
Saat ini, BREN merupakan perusahaan geothermal terbesar di Indonesia dengan kapasitas terpasang 961 MW yang tersebar di tiga aset, yaitu Wayang Windu dengan kepemilikan 90%, Darajat (76%), dan Salak (76%). Pembangkit Salak merupakan yang terbesar, menyumbang 43% kapasitas total, disusul Wayang Windu (26%) dan Darajat (31%).
Sementara untuk proyek baru yang sedang dikembangkan, yaitu Suoh Sekincau yang berlokasi di wilayah Sekincau Selatan, dekat Lampung. Proyek ini masih berada pada tahap eksplorasi dengan potensi kapasitas antara 495–875 MW.
Kedua, ada Hamiding yang berlokasi di Kawasan Gunung Hamiding, Maluku Utara. Hari ini proyek Hamiding memulai pengeboran sumur eksplorasi (tajak sumur) dengan potensi kapasitas 275–550 MW.
Sedangkan untuk proyek BREN di sektor pembangkit angin, perseroan saat ini mengoperasikan pembangkit berkapasitas 79 MW di Sidrap. Andreas menghitung, kapasitas tersebut mewakili 52% dari total kapasitas pembangkit tenaga angin di Indonesia.
Selain itu, bersama dengan ACEN Indonesia Investment Holdings Pte. Ltd., BREN juga sedang mengembangkan tiga konsesi dengan kapasitas gabungan sebesar 318 MW, terdiri dari Sidrap 2 (69 MW), Sukabumi (150 MW), dan Lombok (99 MW). Dalam proyek patungan ini, BREN menggenggam 51% kepemilikan.
“Berdasarkan rencana ekspansi kapasitas, kami memperkirakan pendapatan BREN akan tumbuh dengan CAGR 22% selama 2025–2033, didukung oleh pertumbuhan kapasitas 17% CAGR dan asumsi tarif listrik rata-rata US$0,13/kWh,” ujar Andreas.
Kemudian, EBITDA perseroan diproyeksikan mencapai US$2,2 miliar pada 2033, juga tumbuh 22% CAGR. Dari sisi bottom line, laba bersih BREN diproyeksikan akan meningkat lebih cepat, tumbuh 28% CAGR menjadi US$810 juta pada 2033.
Di sisi lain, dengan sederet ekspansi yang dilakukan perseroan, Sucor Sekuritas juga mengestimasi utang BREN akan meningkat secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan karena belanja modal besar untuk ekspansi kapasitas, dengan rasio net gearing diproyeksikan mencapai puncaknya di 2,8 kali.
“Ini masih tergolong terkendali, mengingat profil pertumbuhan dan visibilitas arus kas yang kuat,” pungkasnya.
Berdasarkan data Bloomberg Terminal, Sucor Sekuritas menjadi satu-satunya yang memberikan rating kepada BREN. Adapun, harga BREN saat ini di level Rp9.150 mencerminkan lompatan 14,37% dalam tiga bulan terakhir, namun secara year to date harga BREN jatuh 1,35%.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.