Bitcoin dan XRP Banyak Diminati di Indodax, Nilai Transaksi Capai Rp 28,1 Triliun

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Pasar aset kripto di Indonesia menunjukkan dinamika menarik sepanjang tahun 2025, dengan Bitcoin (BTC) dan XRP muncul sebagai pemimpin dalam aktivitas perdagangan di platform Indodax. Fenomena ini mencerminkan preferensi investor yang beragam, mulai dari aset fundamental hingga altcoin dengan narasi komunitas yang kuat.

Menurut Chairman Indodax, Oscar Darmawan, hingga September 2025, member Indodax paling banyak meminati beberapa aset kripto utama. Bitcoin (BTC) mendominasi dengan volume transaksi mencapai lebih dari Rp 17,3 triliun, menyumbang sekitar 12,7% dari total transaksi. Disusul oleh XRP yang mencatatkan volume Rp 10,8 triliun atau 7,9%, menunjukkan pertumbuhan yang cukup impresif. Ethereum (ETH) juga memiliki peran signifikan dengan volume Rp 9,4 triliun atau 6,9%, sementara altcoin seperti Fartcoin berhasil menembus angka Rp 9,5 triliun dan Solana (SOL) mengumpulkan lebih dari Rp 4,8 triliun.

Oscar Darmawan menjelaskan kepada Kontan pada Kamis (18/9) bahwa popularitas aset-aset ini merupakan hasil dari kombinasi faktor multifaset. Reputasi global yang solid menjadi penopang utama bagi Bitcoin dan Ethereum, sementara utilitas jaringan berperan penting untuk XRP dan Solana. Tak ketinggalan, tren komunitas yang kuat turut mendongkrak minat terhadap altcoin baru seperti Fartcoin.

Secara lebih rinci, Bitcoin tetap menjadi primadona karena persepsinya sebagai “store of value” digital yang paling terpercaya, didukung oleh adopsi global yang mapan serta citranya sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. XRP menarik perhatian berkat fokus ekosistemnya pada efisiensi transaksi lintas negara, menawarkan daya tarik praktis bagi investor yang mengantisipasi potensi adopsi institusional. Sementara itu, Ethereum mengukuhkan posisinya sebagai tulang punggung ekosistem decentralized finance (DeFi) dan NFT, menjadikannya relevan bukan hanya sebagai aset investasi tetapi juga sebagai fondasi infrastruktur teknologi.

Di sisi lain, Solana mendapatkan sorotan berkat teknologi blockchain-nya yang menawarkan kecepatan transaksi tinggi dengan biaya rendah, menjadikannya alternatif yang efisien untuk aplikasi berbasis blockchain. Fartcoin, meskipun merupakan altcoin yang relatif baru, berhasil menyedot minat investor berkat tren komunitas yang kuat dan narasi unik yang dibangun di sekitarnya. Fenomena ini menggarisbawahi bagaimana faktor sosial dan budaya internet turut membentuk preferensi pasar kripto. “Kombinasi antara fundamental yang solid, utilitas nyata, serta kekuatan komunitas inilah yang menjadikan aset-aset tersebut digemari oleh member di Indodax,” tegas Oscar.

Pergerakan serupa juga terlihat di platform lain. CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menjelaskan berdasarkan data internal Tokocrypto yang juga tercermin di CoinMarketCap per Senin, 8 September 2025, aset kripto yang paling digemari pengguna didominasi oleh Tether (USDT). USDT mencatat volume transaksi sekitar US$ 3,66 juta, menyumbang 32,37% dari total.

Popularitas USDT tak lepas dari sifatnya sebagai stablecoin yang nilainya stabil terhadap dolar AS, menjadikannya pilihan favorit para trader sebagai pintu masuk atau tempat “parkir” aset sementara. Calvin menambahkan, “Bagi investor Indonesia, ketertarikan pada USDT juga semakin kuat karena fungsinya yang praktis sebagai ‘jembatan’ untuk berpindah antar aset kripto dengan cepat, serta perlindungan terhadap volatilitas tinggi dan risiko pelemahan rupiah terhadap dolar.”

Selain USDT, Solana (SOL) juga mencatat volume signifikan sekitar US$ 1,15 juta (10,17%), didorong oleh pertumbuhan ekosistemnya di sektor DeFi dan NFT serta peningkatan performa teknis yang substansial. Bitcoin (BTC) masih menjadi pilihan utama sebagai aset penyimpan nilai jangka panjang dengan volume transaksi US$ 530.000 (4,68%). Disusul oleh Ethena (ENA) yang baru mulai populer berkat inovasi stablecoin terdesentralisasi, dengan volume US$ 342.000 (3,02%). Ethereum (ETH) juga tetap masuk daftar aset favorit dengan volume US$ 341.000 (3,01%), seiring perannya yang krusial dalam menopang ekosistem Web3 dan berbagai aplikasi blockchain.

Calvin menyimpulkan bahwa “Pola transaksi ini mencerminkan kombinasi minat investor terhadap aset stabil seperti stablecoin, sekaligus ketertarikan pada aset berisiko lebih tinggi dengan potensi pertumbuhan besar.” Ini menunjukkan adanya strategi diversifikasi dalam portofolio investor kripto di Indonesia pada tahun 2025.