Ussindonesia.co.id JAKARTA. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa resmi menetapkan kebijakan penempatan dana negara sebesar Rp 200 triliun di lima bank besar nasional pada Jumat (12/9/2025).
Langkah ini diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 276 Tahun 2025 dan bertujuan untuk mendukung pengelolaan kas serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Adapun alokasi dana tersebut adalah sebagai berikut:
-
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI): Rp 55 triliun
-
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI): Rp 55 triliun
-
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 55 triliun
-
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN): Rp 25 triliun
-
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS): Rp 10 triliun
Penempatan dilakukan melalui instrumen deposito on call baik konvensional maupun syariah, dengan tenor enam bulan yang dapat diperpanjang, tanpa melalui mekanisme lelang.
IHSG Terkoreksi 0,17% dalam Sepekan, Intip Proyeksinya di Pekan Depan
Pasar Menyambut Positif
Kebijakan ini disambut pasar sebagai sentimen positif bagi prospek ekonomi Indonesia, khususnya dalam memperkuat likuiditas perbankan.
Menurut Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, penempatan dana jumbo ini bisa mempercepat pemulihan ekonomi kuartal III dan IV 2025 melalui peningkatan fungsi intermediasi perbankan dan penyaluran kredit ke sektor riil.
“Apabila ekonomi tumbuh lebih cepat, semua sektor akan terdampak. Namun, yang paling cepat merasakan dampaknya adalah sektor perbankan dan konsumsi,” jelas Rully.
Peran Emiten dan Tabungan Internal
Meski demikian, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan banyak emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih lebih mengandalkan pendanaan internal dibanding pinjaman bank.
Per kuartal II-2025, total saldo laba ditahan (setelah dividen) mencapai Rp 1.882 triliun dari 597 emiten. Artinya, lebih dari separuh perusahaan memilih menahan laba sebagai sumber modal ekspansi.
Kebijakan penempatan dana ini diharapkan dapat mendorong permintaan kredit baru, sehingga tercipta multiplier effect bagi perekonomian. Namun, risiko kredit macet tetap perlu diantisipasi.
IHSG Terkoreksi 0,17% dalam Sepekan, Ini Sederet Pemicunya
Tiga Dampak Utama Menurut Analis
Oktavianus Audi, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, menilai kebijakan ini berpotensi menciptakan tiga dampak utama:
-
Peningkatan likuiditas – Pasokan uang bertambah, menjadi dasar penyaluran kredit. Nilai Rp 200 triliun setara 46,5% dari total dana mengendap di BI, dengan potensi menambah likuiditas M2 sebesar 3,2%-4,3%.
-
Sinyal inflasi – Koordinasi fiskal dan moneter dapat menggeser ekspektasi inflasi, terutama jika dana diarahkan ke konsumsi massal.
-
Dorongan kredit produktif – Penyaluran kredit ke sektor produktif, ditambah langkah sterilisasi BI, akan menciptakan skenario positif bagi pasar.
Sektor yang Diuntungkan
Menurut Audi, sektor perbankan, konstruksi, dan consumer staples akan menjadi penerima manfaat utama. Sementara sektor properti, semen, dan ritel juga berpotensi ikut terdorong sebagai efek lanjutan.
Dengan meningkatnya likuiditas, peluang penurunan suku bunga bisa menekan cost of fund. Di sisi lain, percepatan proyek pemerintah akan membuka ruang bagi belanja APBN lebih cepat terealisasi.
IHSG Menguat 1,37% ke 7.854 pada Jumat (12/9/2025), MBMA, INCO, BBTN Top Gainers LQ45
Rekomendasi Saham Analis
Audi merekomendasikan sejumlah saham unggulan:
-
Buy BBRI dengan target Rp 4.250
-
Buy BMRI dengan target Rp 5.600
-
Buy TLKM dengan target Rp 3.240
-
Trading buy PTPP dengan target Rp 436
Sementara itu, Rully menekankan pentingnya mencermati saham bank pelat merah, mengingat mereka menjadi penerima langsung penempatan dana jumbo tersebut.