Diborong asing, saham emiten bank dan infrastruktur berpotensi jadi motor IHSG

Ussindonesia.co.id JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih berpeluang menembus level psikologis 9.000 pada akhir 2025. Pada penutupan hari ini, Selasa (23/12), indeks komposit terpangkas 0,71% ke 8.584,78.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) David Kurniawan mengatakan saham-saham big caps seperti emiten bank dan saham sektor infrastruktur yang memiliki bobot besar terhadap indeks akan menjadi motor utama. Apalagi, asing mulai kembali melakukan akumulasi.

“Landasannya, asing tercatat net buy Rp1,7 triliun di pasar reguler, menunjukkan adanya akumulasi besar dari investor asing di akhir tahun, Desember 2025 ini,” kata David kepada Bisnis, Selasa (23/12/2025). 

Melansir data yang direkap Stockbit Sekuritas, dua saham perbankan masuk dalam jajaran net buy asing terbesar pada perdagangan Senin (22/12), yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang membukukan net buy asing Rp78,22 miliar, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) dengan nilai Rp3,41 miliar.

Sementara di kelas saham infrastruktur (IDXINFRA), sejumlah saham konstituen yang masuk jajaran net buy asing terbesar antara lain PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan nilai Rp39,99 miliar, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) Rp23,70 miliar, dan saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) sebesar Rp6,93 miliar.

Secara akumulasi, pasar saham pada perdagangan Senin (22/12) lalu mencatatkan net buy asing sebesar Rp1,34 triliun, memangkas net sell asing year to date (YtD) menjadi Rp21,05 triliun.

: Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Selasa 23 Desember 2025

Sementara itu, Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menilai ada potensi rotasi sektoral dari saham-saham emiten berbasis komoditas menuju saham perbankan. Hal ini didukung oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia tahun depan.

“Rotasi sektoral dari komoditas menuju finansial menurut saya tetap memiliki peluang kuat untuk menopang IHSG, terutama setelah sektor komoditas mengalami reli panjang pada 2025,” ujar Ekky kepada Bisnis, Kamis (18/12/2025).

Sampai dengan penutupan pasar Senin (22/12), sejumlah saham bank masuk dalam daftar top laggards IHSG sepanjang tahun. Bahkan, di urutan pertama ada BBCA yang mencatat bobot pemberat indeks 88,05 poin dengan koreksi harga 15,50% YtD.

: Harga Emas Antam Hari Ini (23/12) Rekor Lagi Sentuh Rp2.561.000 per Gram

Menyusul BBCA, ada saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dengan bobot pemberat 57,21 poin dan harganya terpangkas 10,53% YtD, serta saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan bobot pemberat 48,62 poin dan harganya susut 7,84% YtD.

Ekky menjelaskan, suku bunga rendah bisa menurunkan cost of fund emiten perbankan dan dapat mendorong pemulihan net interest margin (NIM), yang selama 2025 tertekan. Selain itu, imbal hasil kredit akan lebih stabil, pertumbuhan kredit bisa kembali menguat, dan risiko kualitas aset lebih terkendali. Kondisi ini akan mendukung emiten bank membukukan kinerja fundamental positif.

“Saat ini valuasi perbankan besar berada pada zona diskon terhadap rerata historis, sementara potensi pemulihan earnings di 2026 masih cukup terbuka. Selain itu, arus dana asing juga cenderung berpihak kembali pada sektor berkapitalisasi besar yang likuid dan stabil,” pungkasnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.