Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Saham emiten terafiliasi Sugianto Kusuma atau Aguan, yakni PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI) dan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) kompak melemah pada perdagangan sesi pertama, Senin (13/10/2025).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PANI tercatat ambles 5,25% menuju level Rp13.975 per saham. Total volume saham yang diperdagangkan mencapai 14,63 juta dengan nilai turnover sebesar Rp206,26 miliar.
Penurunan tersebut membuat saham properti ini membukukan penurunan sebesar 12,66% sepanjang tahun berjalan alias year to date (YtD). Namun demikian, saham PANI masih terapresiasi 2,01% selama satu bulan terakhir.
: Rencana Prabowo untuk Bali: jadi Pusat Keuangan Baru
Pada saat bersamaan, saham CBDK juga melorot 7,07% menjadi Rp6.575 per saham hingga paruh pertama perdagangan hari ini. Volume saham CBDK yang diperdagangkan mencapai 26,26 juta lembar dengan nilai transaksi Rp175,99 miliar.
Pelemahan saham keduanya terjadi setelah Presiden Prabowo Subianto menghapus pengembangan Proyek Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 Tropical Coastland milik konglomerat Sugianto Kusuma dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
: : IHSG Hari Ini dan Rekomendasi Saham Pilihan Senin, 13 Oktober 2025
CBDK – TradingView
Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 16/2025 yang merupakan Perubahan Kedelapan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 7/2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional. Adapun, Permenko Nomor 16 Tahun 2025 ditetapkan pada 24 September 2025.
Melalui beleid tersebut, Proyek PIK 2 Tropical Coastland dinyatakan dihapus. Padahal awalnya, proyek ini masuk ke dalam daftar PSN sektor pariwisata di nomor urut 226 yang diatur dalam Permenko No.12/2024 yang ditetapkan pada 9 Oktober 2024.
: : Keamanan Pasar Saham Diuji Pembobolan Rekening Investor dan Titah OJK untuk Sekuritas
Dalam perkembangan sebelumnya, PANI telah meraih persetujuan atas seluruh mata acara dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar di Office Tower Agung Sedayu Group, Jakarta, Kamis (9/10/2025).
PANI diketahui meminta persetujuan pemegang saham terkait rencana penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) III atau rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 1,2 miliar saham baru.
Perseroan juga meminta restu menambah penyertaan saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) dan meningkatkan kepemilikan pada sejumlah entitas anak.
“Setuju semua dan 3 agenda tersebut menggunakan kuorum pemegang saham independen,” ujar Corporate Secretary PANI, Christy Grassela, kepada Bisnis.
Dengan demikian, keputusan RUPSLB sah jika disetujui pemegang saham independen bukan seluruh pemegang saham. Pemegang saham independen merupakan pihak yang tidak memiliki benturan kepentingan langsung terhadap agenda yang dibahas.
Terkait dengan right issue, PANI sejauh ini belum menentukan menentukan harga pelaksanaan. Namun demikian, jika mengacu keterbukaan informasi, perseroan mengasumsikan potensi perolehan dana mencapai sekitar Rp16,73 triliun.
Sebelumnya, Christy menjelaskan bahwa dana rights issue akan difokuskan untuk membeli saham CBDK dari dua pemegang saham afiliasi, yakni PT Agung Sedayu dan PT Tunas Mekar Jaya dengan harga pembelian sebesar Rp6.450 per saham.
“Harga yang kami lihat wajar dan juga sudah diverifikasi oleh jasa penilai yang sudah berlisensi di OJK menyebutkan bahwa harga akuisisi nanti jatuh pada Rp6.450 per saham,” ujarnya dalam Public Expose Live 2025 beberapa waktu lalu.
PANI berencana memborong 44,1% saham CBDK dari dua pemegang saham tersebut dengan nilai sebesar-besarnya Rp16,25 triliun. Pembelian tersebut akan membuat kepemilikan perseroan di CBDK naik dari posisi 45,9% menjadi 90%. Adapun, sisa dana bakal dialokasikan untuk penyertaan saham baru di tiga entitas anak lainnya.
“Jika rencana tersebut berjalan lancar tentunya sesuai dengan POJK dan juga mendapat persetujuan dari OJK pada akhir tahun transaksi rights issue ketiga ini akan rampung pada bulan Desember mendatang,” pungkas Christy.
—
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.