Harga logam melejit pada 2025, emas, perak, dan tembaga masih prospektif tahun depan

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Harga aset logam kompak melesat naik di sepanjang tahun ini. Sejalan dengan kombinasi sentimen safe haven, terbatasnya pasokan industri, serta meningkatnya permintaan dari sektor energi terbarukan dan AI, prospek komoditas logam masih dinilai positif hingga tahun depan.

Pada perdagangan Jumat (26/12/2025) pukul 15.18 WIB, harga emas di pasar spot tercatat US$ 4.515,8 per ons troi atau naik 8,43% secara bulanan dan 71,86% secara YtD.

Harga perak juga melesat lebih jauh, kini sebesar US$ 74,68 per ons troi yang mana naik 39,82% secara bulanan dan 158,64% secara YtD. Pun tembaga juga naik cukup signifikan, sebesar 12,0% secara bulanan dan 42,89% secara YtD menjadi US$ 5,69 per pon.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyebut, tahun ini merupakan panggung komoditas sektor logam mendominasi aset berperforma terbaik.

Harga Perak Reli Kejar Ketertinggalan Kenaikan Harga Emas, Tren Berlanjut Tahun Depan

Melesatnya harga emas dan perak tahun ini berkat kombinasi status safe haven dan defisit pasokan industri. Pun dicatat industri logam seperti tembaga juga mencatat kenaikan signifikan akibat demam investasi infrastruktur AI dan kendaraan listrik.

Sementara itu, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan pergerakan harga logam mulia emas hingga saat ini masih didukung oleh memanasnya situasi geopolitik global. Adapun kenaikan harga perak ini sejatinya mengejar kondisi ketertinggalan rasio 1:50 terhadap emas.

Kemudian Lukman mengatakan penyebab kenaikan harga tembaga adalah karena output-nya stagnan, tetapi permintaan melonjak oleh pembangkit listrik baik konvensional maupun green.

“Di luar itu semua, pelemahan dolar AS dan pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga tentunya ikut mengerek harga komoditas sektor logam,” ujar Lukman kepada Kontan, Jumat (26/12/2025).

Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan pergerakan harga emas dan perak sepanjang 2025 berlangsung dalam beberapa fase utama.

Pada fase awal atau periode Januari hingga Mei 2025, pasar berada dalam tahap akumulasi, di mana investor mulai meningkatkan kepemilikan emas sebagai langkah antisipasi terhadap potensi pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed).

Selanjutnya, pada periode Juni hingga Oktober 2025, pasar memasuki fase reli spekulatif. “Fase ini ditandai dengan meningkatnya ketidakpastian geopolitik global, ditambah aksi pembelian agresif oleh bank sentral dunia, mendorong lonjakan signifikan harga emas dan perak hingga akhir 2025,” jelas Wahyu.

Harga Emas Masih Kuat pada Akhir 2025, Begini Prospeknya Hingga Tahun 2026

Ke depan, Sutopo memproyeksi transmisi suku bunga lanjutan oleh The Fed diperkirakan tetap menjadi pendorong utama bagi emas dan perak karena menurunkan opportunity cost kepemilikan aset tanpa bunga.

Di sisi lain, prospek tembaga akan digerakkan oleh optimisme pemulihan sektor properti Tiongkok dan berlanjutnya belanja modal pada pusat data AI.

Menurut Sutopo, komoditas unggulan yang diprediksi akan terus naik dan menjadi primadona di tahun 2026 adalah perak dan tembaga.

Katanya, perak layak dicermati karena memasuki tahun ketujuh defisit struktural di saat permintaan panel surya global mencapai puncaknya, sementara tembaga menjadi bak emas baru bagi ekonomi digital karena tidak tergantikannya kebutuhan terhadap kabel pusat data dan motor listrik.

“Bagi investor, emas tetap jadi instrumen wajib untuk melindungi nilai. Tetapi diversifikasi ke logam lain seperti perak dan tembaga menjadi strategi paling masuk akal saat komoditas energi berbasis bensin mulai memasuki fase jenuh akibat transisi ke energi terbarukan,” ujar Sutopo.

Adapun Lukman menyebut pelaku pasar ke depan perlu mencermati sejumlah risiko global. Eskalasi geopolitik di Laut Karibia, Laut China Selatan, serta perang Ukraina masih berpotensi memicu volatilitas. Selain itu, kebijakan ekonomi China dalam menahan overcapacity industri juga menjadi faktor penting.

Di sisi lain, perkembangan teknologi AI diperkirakan terus mendorong kebutuhan energi dan logam industri, meski risiko pecahnya bubble AI dapat menekan harga logam secara tajam.

Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 13.000 ke Rp 2.589.000 Per Gram, Jumat (26/12/2025)

Dengan berbagai katalis dan sentimen tersebut, Lukman memproyeksi harga logam akan berangsur kompak naik tahun depan, yakni emas dibidik di kisaran US$ 5.000 – US$ 5.700 per ons troi, perak di kisaran US$ 90 – US$ 110 per ons troi, dan tembaga di kisaran US$ 13.000 – US$ 13.500 per ton.

Sementara Sutopo memproyeksi emas menuju jarak US$ 4.000 – US$ 4.400 per ons troi. Perak dibidik berpotensi lebih agresif di kisaran US$ 60 – US$ 100 per ons troi jika defisit fisik berlanjut. Dan tembaga diperkirakan stabil dan menguat secara bertahap menuju US$ 5,50 – US$ 5,80 per pon.

Terakhir, Wahyu membidik emas diperkirakan bergerak di kisaran US$ 4.500 hingga US$ 5.300 per ons troi tahun depan, perak diperkirakan bergerak di kisaran US$ 55 hingga US$ 110 per ons troi, serta tembaga diproyeksikan berada di rentang US$ 9.000 hingga US$ 13.000 per ton.