Manajemen PT Minahasa Membangun Hebat Tbk (HBAT), emiten properti yang berbasis di Minahasa, Sulawesi Utara, baru-baru ini angkat bicara menanggapi suspensi saham perseroan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Tindakan ini memicu sorotan pasar dan memunculkan pertanyaan seputar dinamika harga saham HBAT yang melonjak drastis.
Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi mengumumkan penghentian sementara perdagangan saham HBAT pada 28 Agustus 2025, yang hingga 3 September 2025 masih terus berlaku. Langkah ini diambil menyusul gejolak signifikan pada pergerakan harga saham perseroan. Menanggapi hal tersebut, manajemen HBAT menegaskan bahwa lonjakan harga murni merupakan dinamika pasar, tanpa adanya intervensi atau aksi korporasi tertentu dari pihak perusahaan.
Direktur Utama PT Minahasa Membangun Hebat Tbk, Go Ronny Nugroho, menjelaskan bahwa tren kenaikan harga saham mulai terlihat sejak 20 Agustus 2025. Saat itu, saham HBAT ditutup di level Rp 113 per lembar dengan volume transaksi mencapai 2,43 juta saham. Esok harinya, pada 21 Agustus 2025, harga saham kembali melesat 9,73% ke posisi Rp 124 per lembar, didukung volume transaksi sebanyak 2,13 juta saham. Kenaikan berlanjut tajam pada 22 Agustus 2025, dengan harga saham menyentuh level Rp 136 per saham atau naik 9,67%, meskipun volume transaksi sedikit menurun menjadi 1,06 juta saham.
“Lonjakan harga saham ini murni dinamika pasar. Tidak ada intervensi ataupun aksi korporasi tertentu yang memicu kenaikan harga,” tegas Go Ronny Nugroho dalam Paparan Publik Insidentil yang diselenggarakan pada Rabu (3/9/2025). Mengikuti kenaikan drastis tersebut, BEI memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham HBAT pada 25 Agustus 2025 sebagai langkah cooling down dan perlindungan bagi investor. Penghentian sementara ini merujuk pada Pengumuman BEI Nomor Peng-SPT-00172/BEI.WAS/08-2025. Go Ronny juga memastikan bahwa struktur kepemilikan saham HBAT tetap stabil sejak penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO), dengan Hendra Sutanto sebagai pemegang saham pengendali (467,76 juta saham), Rudy Gunawan (215,28 juta saham), Jon Fieris (116,96 juta saham), serta masyarakat dengan total kepemilikan 240,74 juta saham.
Meskipun harga saham melonjak tajam, kinerja keuangan HBAT masih menghadapi sejumlah tantangan. Hingga semester I 2025, penjualan tercatat sebesar Rp 12,32 miliar, menurun 30,86% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai Rp 17,82 miliar. Namun, manajemen berhasil menekan rugi komprehensif tahun berjalan secara signifikan, yakni 50,23% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 2,11 miliar, dibandingkan Rp 4,24 miliar pada semester I-2024. Dari sisi neraca, aset HBAT sedikit terkoreksi 0,25% menjadi Rp 81,87 miliar dari akhir Desember 2024 yang sebesar Rp 82,08 miliar. Sementara itu, ekuitas HBAT berhasil tumbuh 2,69% menjadi Rp 80,41 miliar dari Rp 78,3 miliar di akhir Desember 2024, didukung oleh penurunan beban utang yang drastis sebesar 61,37% menjadi Rp 1,46 miliar dari Rp 3,78 miliar pada akhir Desember 2024.
Direktur PT Minahasa Membangun Hebat Tbk, Andrie Rianto, menambahkan bahwa di tengah tekanan pada sektor perhotelan dan properti, perseroan tetap fokus pada upaya menjaga momentum pertumbuhan melalui efisiensi operasional dan pengelolaan aset yang sehat. Manajemen tetap optimistis bahwa HBAT mampu mencatatkan kinerja positif ke depan, meski menghadapi tantangan bisnis. Para investor kini menantikan strategi baru perusahaan untuk mengembalikan tren pertumbuhan jangka panjang di tengah persaingan ketat dalam industri properti.
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia (BEI) mensuspensi saham PT Minahasa Membangun Hebat Tbk (HBAT) sejak 28 Agustus 2025 karena lonjakan harga saham yang signifikan. Manajemen HBAT menyatakan bahwa kenaikan harga tersebut murni dinamika pasar tanpa adanya intervensi atau aksi korporasi. Struktur kepemilikan saham HBAT tetap stabil sejak IPO, dengan Hendra Sutanto sebagai pemegang saham pengendali.
Meskipun harga saham melonjak, kinerja keuangan HBAT hingga semester I 2025 menunjukkan penurunan penjualan sebesar 30,86% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, perusahaan berhasil menekan rugi komprehensif tahun berjalan secara signifikan. Manajemen tetap optimistis untuk mencatatkan kinerja positif ke depan dengan fokus pada efisiensi operasional dan pengelolaan aset yang sehat.