
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,06% setelah mengalami all time high (ATH) sebelumnya. Saham BUMI, EMAS, hingga ANTM ambrol pada perdagangan sore ini.
Berdasarkan data RTI Infokom, IHSG ditutup pada level 8.040,66, atau turun 1,06%. IHSG diperdagangkan pada rentang 8.022—8.146. Sebanyak 52 miliar saham diperdagangkan, dengan nilai transaksi sebesar Rp24 triliun.
Sebanyak 242 saham menguat, 434 saham melemah, dan 123 saham stagnan. Kapitalisasi pasar tercatat turun menjadi Rp14.783 triliun.
Saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menjadi salah satu saham yang turun hari ini, dengan melemah 2,01% ke level Rp146. Sejumlah 10,3 miliar saham BUMI diperdagangkan, dengan nilai mencapai lebih dari Rp1,5 triliun.
Kemudian saham PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS), juga ambrol 9,34% ke level Rp3.300 hari ini. Sebanyak 443,3 juta saham EMAS ditransaksikan, dengan nilai mencapai Rp1,4 triliun.
Selanjutnya adalah saham emiten emas lain, yaitu PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang juga ambrol hari ini. Saham ANTM turun 8,65% ke level Rp3.170 per saham.
: Saham Merdeka Gold (EMAS) Anjlok Hari Ketiga Listing di BEI
Saham lain yang juga melemah hari ini adalah saham BRPT yang turun 6,90% ke level Rp3.510, saham PTRO melemah 4,63% ke level Rp6.175, dan saham BRMS turun 2,10% ke level Rp700.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan pasar terus mempertimbangkan prospek suku bunga The Fed. Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan nada hati-hati, menekankan tantangan menyeimbangkan inflasi yang persisten dengan pasar tenaga kerja yang melambat.
Sementara itu, para pejabat Fed tetap terpecah. Beberapa pejabat memproyeksikan dua penurunan suku bunga tambahan tahun ini, sementara yang lain mendukung pendekatan yang lebih terukur dan beberapa menganjurkan pelonggaran yang lebih agresif.
: Analis Sebut Reli IHSG Tembus Rekor ATH Tak Didukung Fundamental, Ini Alasannya
Dari dalam negeri, DPR secara resmi mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 menjadi undang-undang. Perhatian tertuju pendapatan negara yang juga disepakati meningkat tapi tidak signifikan yakni Rp3.153,9 triliun dari Rp3.147,6 triliun. Belanja negara juga naik dari Rp3.786,4 triliun, menjadi Rp3.842,7 triliun.
Dengan demikian, defisit APBN 2026 adalah sebesar Rp 689,1 triliun.
“Melebarnya defisit APBN tersebut tentunya ini akan memberikan dampak tekanan terhadap stabilitas fiskal, daya beli masyarakat dan aktivitas ekonomi. Pasar berharap pemerintah melakukan pengelolaan fiskal, penyesuaian prioritas belanja pemerintah, dan memperkuat penerimaan,” tulis Pilarmas Sekuritas.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.