IHSG Galau? Skenario Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed & BI

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pekan ini, perhatian pelaku pasar tertuju pada dua keputusan krusial mengenai suku bunga: dari Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserves (The Fed), dan Bank Indonesia (BI). Mengutip laporan Trading Economics, konsensus pasar saat ini mengindikasikan bahwa The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya menjadi 4,25%. Sebaliknya, Bank Indonesia diproyeksikan akan mempertahankan suku bunga di level 5,00%.

Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menyoroti bahwa jika kedua bank sentral tersebut mengambil langkah sesuai ekspektasi pasar, kombinasi kebijakan ini akan memicu sentimen positif yang signifikan. Di kancah global, skenario ini berpotensi menurunkan biaya pendanaan, menyebabkan nilai dolar AS melemah, dan pada gilirannya mendorong arus masuk dana asing yang lebih besar ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih lanjut, Felix menjelaskan, “Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat memperoleh dorongan tambahan, apalagi jika sentimen politik domestik juga menunjukkan kondisi yang lebih kondusif.” Keterkaitan antara kebijakan moneter global dan stabilitas politik dalam negeri menjadi faktor penentu kuat bagi kinerja pasar modal Tanah Air.

Namun, skenario alternatif patut diwaspadai. Apabila The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, dampaknya bagi pasar akan lebih beragam. Investor kemungkinan besar akan memilih posisi wait and see, dan risiko terjadinya aliran dana asing keluar tetap terbuka. Meskipun demikian, stabilitas suku bunga acuan BI diharapkan mampu memberikan pegangan yang kuat bagi pasar domestik, menjadi jangkar di tengah ketidakpastian global.

Felix menambahkan bahwa arah aliran dana asing memang cenderung fluktuatif. “Potensi inflow terbuka lebar jika The Fed memberikan sinyal dovish lebih lanjut. Namun, investor asing juga sangat sensitif terhadap isu politik dan fiskal di dalam negeri. Jadi, meskipun ada peluang masuk, derasnya arus mungkin belum akan konsisten,” ujarnya, menekankan pentingnya faktor domestik di samping kebijakan The Fed.

Terkait proyeksi IHSG, Felix melihat adanya peluang penutupan positif pekan ini jika kombinasi sentimen global dan domestik memberikan dukungan yang solid. Ia memprediksi level support kuat IHSG berada di kisaran 7.750–7.900, sementara level resistance dapat diuji di 8.000. Apabila level psikologis ini berhasil ditembus, terbuka ruang menuju 8.050–8.100. Namun, jika gagal, skenario konsolidasi di bawah 8.000 kemungkinan besar akan tetap mendominasi pergerakan pasar.

Dari perspektif sektoral, beberapa sektor dinilai menarik untuk dicermati. Saham perbankan besar atau big banks masih prospektif lantaran valuasinya yang relatif murah jika dibandingkan dengan rata-rata historis Price to Book Value (PBV). Selain itu, sektor ini juga berpotensi besar menjadi penerima utama aliran dana asing. Selain perbankan, saham properti juga layak dicermati, mengingat potensi penurunan suku bunga global dapat secara signifikan meningkatkan prospek permintaan di sektor tersebut, menggerakkan roda pertumbuhan ekonomi domestik.

Ringkasan

Pelaku pasar menantikan keputusan suku bunga dari The Fed dan BI. Konsensus pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga menjadi 4,25%, sementara BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di 5,00%. Jika skenario ini terjadi, sentimen positif dapat muncul, menurunkan biaya pendanaan global, melemahkan dolar AS, dan mendorong inflow ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Namun, jika The Fed menahan suku bunga, investor cenderung wait and see dengan risiko outflow. Stabilitas suku bunga BI diharapkan menjadi jangkar. IHSG berpeluang positif jika sentimen global dan domestik mendukung, dengan support di 7.750-7.900 dan resistance di 8.000. Saham perbankan besar dan properti menarik dicermati karena valuasi murah dan potensi kenaikan permintaan akibat penurunan suku bunga.