IHSG Rawan Koreksi! The Fed Hantui Saham Bank & Properti?

Ussindonesia.co.id, JAKARTA — Reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjelang pengumuman suku bunga acuan The Fed memunculkan kewaspadaan akan potensi terjadinya fenomena *sell on news*, terutama pada saham-saham sektor perbankan besar, properti, dan konsumer.

Pada perdagangan Senin (15/9/2025), IHSG berhasil ditutup menguat 1,06% ke level 7.937,11, didorong oleh aliran dana asing yang mencapai Rp1,05 triliun. Secara *year-to-date* (YtD), performa IHSG terbilang impresif dengan apresiasi sebesar 12,11%, menjadikannya salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di kawasan Asia Tenggara.

Namun, pergerakan positif ini tampak mereda. Pada perdagangan hari ini, Selasa (16/9/2025), hingga pukul 14.22 WIB, IHSG terpantau melemah tipis 0,04% ke level 7.933,9.

Baca Juga: Pengadilan Banding AS Tolak Upaya Trump Pecat Gubernur The Fed Lisa Cook

Pengamat pasar modal, Reydi Octa, menilai bahwa reli IHSG saat ini sudah cukup tinggi, terutama menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed pada 17 September 2025. Menurutnya, meskipun penguatan IHSG belakangan ini ditopang oleh aliran dana asing, risiko aksi ambil untung (profit taking) setelah pengumuman suku bunga tetaplah signifikan.

“Risiko *sell on news* cukup nyata, terutama bagi *trader* jangka pendek yang ingin memanfaatkan volatilitas dari pengumuman suku bunga, baik dari Bank Indonesia maupun The Fed,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/9/2025).

Baca Juga: Jelang FOMC, Orang Dekat Trump Tinggal Selangkah Lagi Masuk The Fed

Lebih lanjut, Reydi Octa menyoroti bahwa derasnya aliran dana asing ke pasar saham domestik belum dapat dipastikan. Meskipun investor mencatatkan *net buy* harian, secara kumulatif sepanjang tahun berjalan masih terjadi aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp60,7 triliun.

“Hal ini mengindikasikan bahwa masuknya dana asing belum terstruktur dan masif, melainkan lebih bersifat taktis. Kemungkinan, IHSG belum menjadi tujuan utama aliran dana asing,” jelas Reydi.

Baca Juga: Sinyal untuk IHSG Hari Ini (16/9), Wall Street Ditutup Menghijau Jelang Pengumuman The Fed

Di tengah proyeksi ini, Reydi Octa menekankan bahwa saham-saham sektor *big banks*, properti, dan konsumer menjadi kelompok yang paling rentan terhadap koreksi apabila terjadi aksi ambil untung. Hal ini disebabkan oleh ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan. Jika realisasi pengumuman suku bunga tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, maka *profit taking* berpotensi terjadi di ketiga sektor tersebut.

Sementara itu, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menambahkan bahwa pasar saat ini sangat menantikan penetapan suku bunga The Fed, yang diperkirakan akan turun sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%. Pasar juga akan mencermati proyeksi ekonomi terbaru dari FOMC.

“Terlebih lagi, hal ini terjadi di tengah kondisi pasar tenaga kerja yang menurun dan tekanan inflasi yang masih ada,” ujar Nafan dalam publikasi riset hariannya.

Dari dalam negeri, pasar juga akan mencermati pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Mayoritas konsensus memproyeksikan bahwa BI Rate akan dipertahankan di level 5%. Selain itu, pasar juga akan menantikan implementasi paket stimulus ekonomi 8+4+5 yang bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan program pembangunan.

“Hal tersebut tentunya memberikan angin segar bagi perekonomian domestik, serta momentum positif terhadap market di tanah air,” pungkas Nafan.

____________________

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.