Jelang Nataru, ASDP Perkuat Layanan Jalur Jawa–Bali–Lombok

Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), jalur penyeberangan Jawa–Bali–Lombok akan dipadati masyarakat. Untuk itu, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) memastikan seluruh layanan berjalan tertib dan andal.

Direktur Utama ASDP Heru Widodo, menyampaikan bahwa penyeberangan pada periode Nataru memiliki makna lebih dari sekadar perjalanan fisik — ini adalah ruang untuk kembali berkumpul, merayakan kebersamaan, dan membangun cerita baru.

Oleh karena itu, ASDP menyiapkan rangkaian layanan berlapis agar masyarakat dapat melintasi Jawa–Bali–Lombok dengan lancar, aman, dan selamat.

Di kawasan Timur, Pelabuhan Lembar akan menjadi gerbang vital menuju NTB dan Bali. Tingginya mobilitas tercermin dari operasional KMP Portlink II dan KMP Roditha hingga Oktober 2025 yang mengangkut 20 ribu penumpang dan lebih dari 35 ribu kendaraan.

General Manager ASDP Cabang Lembar Handoyo Priyanto, menjelaskan bahwa pengaturan jumlah kapal akan mengikuti tingkat kepadatan, didukung penerapan delaying system di area parkir PDS dan Terminal Segenter.

Adapun arus puncak diperkirakan akan berlangsung pada 20–22 serta 27–29 Desember, sementara arus balik pada 3–5 Januari 2026.

Pola Operasi Adaptif

Sementara itu di sisi barat, Pelabuhan Ketapang memperkuat pola operasi melalui konsolidasi nasional Kementerian Perhubungan.

ASDP bersama KSOP, BPTD, dan instansi terkait menyiapkan manajemen antrean, opsi penambahan trip kapal, rekayasa lalu lintas, serta pengalihan kendaraan besar maupun kecil ke jalur alternatif bila dibutuhkan.

Pola operasi adaptif diharapkan menjaga kelancaran perjalanan pada lintasan Ketapang–Gilimanuk sepanjang periode Nataru.

Corporate Secretary ASDP Windy Andale, menegaskan bahwa kekuatan utama layanan Nataru tahun ini terletak pada digitalisasi Ferizy. Dengan pembelian tiket online sejak H-60, masyarakat tidak lagi perlu antre di pelabuhan.

Edukasi intensif dilakukan melalui berbagai kanal digital dan posko informasi di delaying area agar pengguna jasa memahami tata cara pemesanan, validasi data diri, dan ketentuan waktu kedatangan.

Windy menambahkan bahwa ASDP berkomitmen menghadirkan layanan prima melalui digitalisasi Ferizy dengan berbagai kemudahan pelayanan bagi pengguna, termasuk penyederhanaan skema refund dan reschedule.

Penalti refund yang sebelumnya terdiri dari dua potongan—25% biaya administrasi dan 50% harga tiket—kini hanya satu kali potongan sebesar 25% dari harga tiket.

Hal serupa berlaku untuk reschedule, di mana pengguna hanya dikenakan potongan 10% dari harga tiket, jauh lebih ringan dibandingkan skema sebelumnya yang memotong total 50%. Kemudahan ini diharapkan memberi fleksibilitas lebih besar bagi masyarakat dalam merencanakan perjalanan akhir tahun.

Dengan penguatan operasional, koordinasi intensif lintas instansi, serta digitalisasi layanan yang semakin matang, ASDP optimistis penyeberangan di jalur Jawa–Bali–Lombok selama Nataru akan berjalan lebih lancar dan terkendali.