
Ussindonesia.co.id JAKARTA. Kinerja saham emiten sektor infrastruktur pada tahun 2026 diperkirakan bakal jauh lebih moderat dibandingkan dengan tahun 2025.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 19 Desember 2025, IDX Infrastructures (IDXINFRA) tercatat melesat 71,51% sejak awal tahun alias year to date (YTD).
Sebagai perbandingan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sebesar 21,61% YTD.
Kenaikan IDXINFRA sejak awal tahun 2025 terpantau masih didorong oleh subsektor telekomunikasi.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Fath Aliansyah Budiman melihat, salah satu penggerak IDXINFRA datang dari penyedia jasa infrastruktur untuk internet.
IHSG Berpeluang Menguat Terbatas pada Senin (22/12), Cek Rekomendasi Analis
Untuk emiten konstituen yang menjadi penggerak IDXINFRA dalam beberapa waktu terakhir ini, salah satunya adalah saham PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA). Sepanjang tahun ini, harga saham MORA sudah meroket 2.123,40% secara year to date (YTD).
“Dengan kapitalisasi pasar Rp 247,11 triliun, MORA pun menjadi salah satu penggerak IHSG saat ini,” ujar Fath kepada Kontan, Jumat (19/12/2025).
Senada, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mencermati, pendorong terbesar IDXINFRA datang dari pergerakan saham MORA yang menjadi kontributor utama berkat ekspektasi merger dan ekspansi fiber to the home (FTTH).
“Namun kenaikannya masih dominan story-driven,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (19/12/2025).
Di sisi lain, dukungan fundamental lebih solid datang dari PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT), dan PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (EXCL). Ini seiring perbaikan average revenue per user (ARPU), efisiensi biaya, margin, serta arus kas yang lebih kuat.
Selain itu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) ikut mengangkat IDXINFRA. Kenaikan saham CDIA dipacu euforia pasca melantai di Bursa dan ekspektasi ekspansi logistik.
Sebaliknya, indeks tertahan oleh PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Saham JSMR turun 20,32% YTD, MTEL turun 9,30% YTD, dan TOWR turun 11,45% YTD
Saham konstruksi BUMN juga masih terbebani tekanan margin, leverage, dan punya pertumbuhan yang terbatas.
“Dengan demikian, reli IDXINFRA tahun ini cenderung terkonsentrasi pada emiten telko. Sementara subsektor tol dan konstruksi masih menjadi laggard,” kata Sukarno.
IHSG Rawan Koreksi, Ini Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Senin (22/12/2025)
Prospek dan Rekomendasi
Fath bilang, kondisi tersebut kemungkinan masih akan sama hingga tahun 2026, dengan penopang berasal dari subsektor telekomunikasi dan pemberat dari subsektor konstruksi.
Sukarno juga melihat subsektor telco dan digital infrastructure ke depan tetap menjadi tulang punggung IDXINFRA, tetapi dengan laju pertumbuhan yang lebih moderat dan selektif.
Pada tahun 2026, terdapat peluang rotasi ke infrastruktur energi dan tol tertentu, apabila suku bunga turun dan restrukturisasi neraca berjalan. Sentimen positif datang dari penurunan bunga, konsolidasi industri, dan proyek strategis nasional.
“Sementara, risiko utama tetap pada kebutuhan modal belanja alias capital expenditure (capex) besar, potensi dilusi, dan integrasi pascamerger,” kata Sukarno.
Sukarno pun merekomendasikan beli untuk saham TLKM dan JSMR dengan target harga masing-masing Rp 4.000 per saham dan Rp 5.500 per saham.
Untuk TLKM, spin-off PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) menjadi katalis utama perseroan karena membuka peluang valuasi tambahan dari aset fiber bernilai besar.
Pemisahan bisnis fiber membuat kinerja lebih transparan, meningkatkan efisiensi, dan memungkinkan TLKM memperoleh valuasi lebih tinggi melalui re-rating aset infrastruktur serta peluang pendanaan/partnership strategis.
“Hasilnya, TLKM berpotensi mendapatkan peningkatan margin, struktur bisnis lebih ramping, dan valuasi lebih menarik,” kata Sukarno.
Untuk JSMR, kinerjanya berpotensi positif di tahun 2026 karena didorong kenaikan trafik, pembukaan ruas baru, serta efek kenaikan tarif yang sudah dilakukan pada kuartal IV 2025.
“Katalis utama tetap berasal dari penyesuaian tarif lanjutan dan potensi penurunan suku bunga yang dapat memperbaiki margin,” ujar Sukarno.
IHSG Turun 0,59% Dalam Sepekan, Begini Proyeksinya untuk Senin (22/12/2025)