Meneropong tuah kolaborasi Hapsoro-Prajogo di saham RATU

Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Emiten terafiliasi Happy Hapsoro, PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) semakin terintegrasi dengan jaringan bisnis milik konglomerat Prajogo Pangestu. Kehadiran dua nama besar tersebut diprediksi akan menggerakkan persepsi investor terhadap saham RATU.

Analis Samuel Sekuritas Juan Harahap dan Fadhlan Banny dalam riset yang terbit 2 Desember 2025 menyebut saham RATU dapat direklasifikasi menjadi saham yang terafiliasi dengan Prajogo Pangestu.

“Secara historis, perusahaan-perusahaan terkait PP [Prajogo Pangestu] seperti BREN, CUAN, CDIA, dan PTRO menunjukkan momentum harga yang kuat, sering diperdagangkan dengan premium karena kepercayaan pasar terhadap prospek bisnis Grup Barito. Menurut pandangan kami, RATU seharusnya dipertimbangkan sebagai saham terkait PP,” tulis riset tersebut, dikutip Selasa (9/12/2025).

Samuel Sekuritas menjabarkan sejumlah faktor mengapa saham RATU bisa diklasifikasikan sebagai saham gerbong Prajogo Pangestu. Pertama, adanya keterkaitan manajemen di tubuh RATU dengan Barito Grup. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan RATU pada April 2025 memutuskan Merly, yang notabene merupakan komisaris di PT Barito Renweables Energy Tbk. (BREN) dan Direktur di PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA), diangkat sebagai komisaris independen perseroan.

Selain itu, ada pula Adrian Hartadi, direktur baru RATU yang sebelumnya pernah menjadi general manager business development di PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA). Sekuritas menilai penunjukan kedua sosok ini memperkuat integrasi RATU ke dalam ekosistem Grup Barito yang menandakan keselarasan strategis dengan portofolio bisnis energi di ekosistem Prajogo Pangestu.

Kedua, adanya investasi langsung yang dilakukan perusahaan Prajogo Pangestu. CDIA mengungkapkan investasi pada RATU sebesar US$9,4 juta atau sekitar Rp158,4 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2024. Investasi tersebut mewakili kepemilikan sekitar 5%.

Samuel Sekuritas melihat keterkaitan modal langsung ini semakin memvalidasi masuknya RATU dalam jaringan Prajogo Pangestu, sekaligus menegaskan minat strategis Grup Barito pada pertumbuhan hulu RATU.

: Emiten Hapsoro RATU Siap Kucurkan Cash Call Rp84,74 Miliar ke Kontraktor Blok Cepu

Ketiga, keterkaitan Prajogo Pengestu dengan RATU milik Happy Hapsoro semakin diperkuat melalui kepemilikan silang dan hubungan investasi. Prajogo Pangestu mengendalikan 41,52% PT Petrosea Tbk. (PTRO) melalui PT Kreasi Jasa Persada, anak usaha CUAN. Sementara itu, Happy Hapsoro memegang 34,17% saham PTRO melalui PT Caraka Reksa Optima. 

“Hal ini menciptakan sinergi pemegang saham yang unik dan membuka peluang kolaborasi antara RATU dan PTRO. Ketika RATU berencana memperluas Participating Interests (PI) pada blok-blok mendatang, keahlian PTRO sebagai kontraktor minyak dan gas terintegrasi memposisikannya sebagai mitra alami untuk sinergi operasional dan pengembangan,” tulis sekuritas.

Menilik efek Prajogo Pangestu, enam dari tujuh saham afiliasi emiten Barito Grup sepanjang tahun ini kompak melejit bahkan ada yang hingga ratusan persen. 

Perinciannya, saham BREN sampai dengan perdagangan intraday hari ini pukul 11.48 WIB menguat 1,89% year to date (YtD) ke Rp9.450, saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) melompat 269,48% YtD ke Rp3.390, saham CDIA melejit 902,63% YtD ke Rp1.905. 

Senada, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) meningkat 133,33% YtD ke Rp2.590, saham PTRO naik 257,57% YtD ke Rp10.375, saham PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) naik 36,80% YtD ke Rp1.840, sedangkan hanya saham TPIA yang secara YtD mengalami koreksi 3,33% ke Rp7.250.

Sementara itu, dalam waktu perdagangan yang sama saham emiten milik Happy Hapsoro, RATU berada di level Rp11.200, mencerminkan pertumbuhan 873,91% secara YtD. Samuel Sekuritas menyematkan peringkat speculative buy untuk saham RATU dengan target harga Rp20.000.

“Ini didukung oleh potensi pertumbuhan laba multi-tahun yang kuat seiring dengan akuisisi blok yang akan datang. Kami juga memperkirakan momentum positif pada harga saham setelah masuknya RATU ke dalam MSCI Small Cap Index pada saat rebalancing Agustus 2025,” tulis riset tersebut.

Sekuritas menambahkan, proyeksi kinerja fundamental dan kinerja saham RATU ke depan akan menghadapi risiko utama, yakni harga minyak yang lebih rendah dibandingkan perkiraan dan faktor keterlambatan akuisisi blok migas baru.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.