Ussindonesia.co.id, JAKARTA – Prospek pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) dan percepatan implementasi program-program pemerintah pada paruh kedua tahun 2025 diprediksi akan menjadi angin segar bagi sejumlah sektor di pasar saham Indonesia. Sentimen positif ini diharapkan mampu mendorong kinerja berbagai emiten dan memberikan peluang keuntungan bagi para investor.
Liza Camelia, Head of Research Kiwoom Sekuritas, mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2025 ini, sektor teknologi dan infrastruktur telah menunjukkan performa yang sangat gemilang. Kinerja ciamik ini didorong oleh kombinasi sentimen pemangkasan suku bunga, meredanya ketidakpastian politik global, serta derasnya arus modal asing yang masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar atau big caps.
Tren positif ini tercermin jelas pada kinerja indeks IDX Techno, yang setelah terkoreksi 9,87% sepanjang tahun 2024, kini memimpin pertumbuhan tertinggi di lantai bursa dengan kenaikan fantastis mencapai 117,95% secara year to date (YtD). Tidak kalah impresif, indeks IDX Infrastruktur juga menguat signifikan hingga 31,58% sepanjang tahun berjalan 2025, menunjukkan geliat yang kuat di sektor-sektor penopang ekonomi.
Situasi ini kontras dengan beberapa sektor yang justru memimpin penguatan pada tahun 2024 namun kini berkinerja lebih lamban. Sebagai contoh, IDX Energy yang pada tahun 2024 menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi mencapai 28,01%, kini di tahun 2025 hanya mampu tumbuh 12,82% YtD.
Perlambatan serupa juga dialami sektor finansial, yang hanya menguat 3,12% YtD, sementara sektor konsumer siklikal bahkan tercatat terkoreksi 4,18% YtD, menunjukkan adanya pergeseran minat investor dari sektor-sektor tersebut.
Liza memprediksi bahwa potensi rotasi sektor oleh para investor akan terus berlanjut hingga kuartal IV/2025. Rotasi ini akan semakin kuat jika pemangkasan suku bunga acuan BI benar-benar terealisasi, ditambah dengan kemampuan pemerintah untuk mempercepat belanja infrastruktur fisik maupun digital. “Sektor konstruksi, telekomunikasi, teknologi, dan properti diproyeksi akan menjadi penerima manfaat utama. Sementara itu, sektor berbasis konsumsi domestik juga bisa ikut terdorong jika daya beli masyarakat menguat,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (12/8/2025).
Senada dengan pandangan tersebut, Retail Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany, menambahkan bahwa rencana pemerintah untuk meluncurkan program 3 juta rumah serta ekspektasi penurunan suku bunga lanjutan akan memberikan angin segar bagi sejumlah sektor. Meski demikian, Indri menilai bahwa tahun ini beberapa sektor defensif seperti konsumer siklikal maupun non-siklikal cenderung ditinggalkan oleh investor. Hal ini disebabkan karena adanya saham-saham lain yang menawarkan prospek kinerja dan sentimen yang lebih menarik.
“Saat ini, sektor yang berpotensi terkena imbas positif dari beberapa kebijakan pemerintah ialah sektor finansial, properti, dan infrastruktur,” ungkap Indri pada Selasa (12/8/2025), memberikan gambaran jelas mengenai sektor-sektor unggulan di paruh kedua 2025.
Di sisi lain, Investment Analyst Capital Asset Management, Martin Aditya, secara spesifik merekomendasikan saham perbankan untuk paruh kedua tahun 2025. Rekomendasi ini sejalan dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga BI yang diyakini akan memberikan dorongan positif bagi kinerja emiten di sektor tersebut.
Menurut Martin, meskipun sektor finansial saat ini mungkin terlihat tertinggal dalam hal pertumbuhan, ekspektasi penurunan suku bunga berpotensi besar untuk mendongkrak kinerja emiten-emiten di sektor ini secara signifikan. Terhadap sejumlah sektor lain, Martin secara khusus merekomendasikan alokasi pada saham-saham konglomerasi besar.
“Menurut saya, alokasi dan seleksi saham sampai akhir tahun ini masih akan berfokus pada saham-saham konglomerasi. Namun, investor mungkin bisa mulai mengalokasikan sebagian portofolio ke sektor perbankan juga, agar spread portofolio tidak terlalu jauh dengan beberapa indeks acuan,” sarannya pada Selasa (12/8/2025), menekankan pentingnya diversifikasi yang strategis dalam menghadapi dinamika pasar saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.