
Bisnis.com, BANYUWANGI — PT Merdeka Copper Gold (MDKA) mengungkap faktor di balik kenaikan saham anak usahanya, PT. Merdeka Battery Materials Tbk [MBMA] yang membukukan lonjakan harga dalam beberapa bulan terakhir.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham MBMA saat ini diperdagangkan di level Rp645 per saham. Harga ini mencerminkan kenaikan sebesar 104,11% dalam 6 bulan terakhir dan menguat 40,83% sejak awal tahun.
Tom Malik, GM Corporate Communication MDKA, menuturkan saat ini MBMA memacu produksi tambang di PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dan pengembangan pabrik di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
: Rapor Cuan Deretan Portofolio Sandiaga Uno (SRTG), dari MDKA hingga TBIG
“Produksi kami memang ramping up. Kami juga sedang mengirim bijih limonit dari SCM ke IMIP melalui pipa slurry,” ujarnya disela-sela acara Mine Tour & Media Workshop di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (7/11/2025).
MERDEKA BATTERY MATERIALS TBK – TradingView
Bijih limonit adalah bijih besi yang terdiri dari campuran besi oksida-hidroksida terhidrasi, seringkali dengan kadar nikel yang lebih rendah dibandingkan jenis bijih nikel lainnya. Sedangkan pipa slurry merupakan sistem perpipaan khusus yang dirancang untuk memindahkan campuran cairan dan partikel padat atau slurry dalam jarak jauh.
: : Perusahaan Patungan Merdeka (MBMA) Alihkan IKIP ke Kirana Inti, Raksasa Tsingshan Tersisih?
“Jadi, bijih [nikel] dibikin menjadi slurry kayak lumpur gitu kemudian dipompa. Saat ini, sudah ada satu yang berjalan, akhir tahun akan ada yang kedua. Di samping itu, tahun depan kami bikin satu lagi,” ucap Tom.
Dia menambahkan bahwa sistem pipa slurry sangat efisien dari sisi biaya pengangkutan. Namun demikian, memerlukan investasi yang cukup besar.
: : Harga Emas Antam Hari Ini Sabtu, 8 November 2025 di Pegadaian
Di samping itu, MBMA juga mengembangkan pabrik HPAL ketiga di IMIP yang dioperasikan oleh PT Sulawesi Nickel Cobalt. Fasilitas ini memiliki kapasitas terpasang 90.000 ton nikel MHP yang akan beroperasi pada pertengahan 2026.
“Memang kelihatan ada proyek dan kemajuannya karena kami punya pipa untuk kirim bijih lebih murah, serta punya pabrik di IMIP. Jadi kebayang bahwa tahun depan ada peningkatan revenue dari pabrik-pabrik baru ini,” ucap Tom.
Sementara itu, Equity Analyst OCBC Sekuritas Devi Harjoto menyampaikan bahwa manajemen MBMA menargetkan penjualan bijih nikel dapat mencapai 20 juta wet metric ton (WMT) pada tahun depan.
Target ini sejalan dengan dimulainya operasi PT Sulawesi Nickel Cobalt, yang memiliki kapasitas sekitar 90.000 ton. Adapun Sulawesi Nickel Cobalt diproyeksikan mulai beroperasi pada paruh kedua 2026.
Selain itu, transisi Feed Preparation Plant (FPP) baru di tambang SCM diharapkan meningkatkan efisiensi biaya, terutama dari pengurangan biaya transportasi, sehingga keekonomian unit juga meningkat.
“Hal tersebut akan membantu memperkuat margin EBITDA yang kami perkirakan akan mencapai 19,1% pada 2026, dibandingkan dengan 9,6% pada 2025,” ujar Devi dalam publikasi riset terbarunya.
—
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.