
Ussindonesia.co.id Kapitalisasi pasar stablecoin global kini menembus rekor tertinggi baru, mencapai US$300 miliar, atau setara dengan sekitar Rp 4.800 triliun (mengacu kurs Rp16.000 per dolar AS).
Pencapaian luar biasa ini bukan sekadar angka; ia menjadi sinyal kuat yang menandakan derasnya arus likuiditas segar yang masuk ke pasar aset digital. Banyak pihak memandang lonjakan ini sebagai “bahan bakar roket” yang akan mendorong reli harga kripto secara signifikan pada kuartal IV-2025.
Menurut laporan terkini dari Cointelegraph pada Sabtu (4/10/2025), pasokan total stablecoin global telah menunjukkan pertumbuhan impresif sebesar 46,8% sepanjang tahun berjalan (Year-to-Date/YTD). Angka pertumbuhan ini bahkan melampaui laju yang tercatat pada tahun-tahun sebelumnya, bertepatan dengan dimulainya Oktober, bulan yang secara historis dikenal sebagai periode bullish bagi harga Bitcoin.
Andrei Grachev, seorang pendiri Falcon Finance, memberikan pandangan mendalam mengenai fenomena ini. Ia menjelaskan bahwa lonjakan pasokan stablecoin tidak hanya merepresentasikan dana yang menganggur di pasar, melainkan likuiditas aktif yang terus-menerus berputar. “Volume transfer mencapai triliunan dolar setiap bulan. Stablecoin secara fundamental digunakan untuk penyelesaian transaksi, pendanaan posisi, dan memberikan akses vital ke dolar AS di wilayah yang menghadapi kesulitan dalam mengakses sistem perbankan tradisional,” paparnya.
Lebih dari sekadar instrumen investasi aset kripto, stablecoin seperti USDT dan USDC kini memainkan peran krusial dalam berbagai aspek keuangan global. Fungsi-fungsinya meliputi pembayaran sehari-hari, remitansi lintas negara, serta berfungsi sebagai simpanan bernilai stabil di banyak negara berkembang, menawarkan stabilitas yang penting di tengah gejolak ekonomi lokal.
Ricardo Santos, Chief Technical Officer Mansa Finance, turut menyoroti pencapaian kapitalisasi pasar US$300 miliar ini. Baginya, ini adalah sinyal tak terbantahkan dari kebangkitan kembali aset digital dan integrasi stablecoin yang semakin mendalam ke dalam sistem keuangan global. “Ekspansi pasokan stablecoin seringkali diinterpretasikan sebagai indikator kuat hadirnya likuiditas dolar baru yang berpotensi besar untuk dengan cepat mengalir ke Bitcoin, Ethereum, maupun berbagai altcoin,” jelas Santos.
Santos menambahkan, adopsi stablecoin telah mengalami peningkatan pesat di berbagai negara seperti Nigeria, Turki, dan Argentina. Di wilayah-wilayah ini, token yang nilainya dipatok terhadap dolar AS kini secara efektif menjadi “dolar de facto” untuk transaksi sehari-hari masyarakat. Selain itu, pemain global besar seperti Visa juga telah memulai langkah-langkah untuk mengintegrasikan penggunaan stablecoin ke dalam infrastruktur pembayaran global mereka, semakin memperkuat posisi aset digital ini dalam ekosistem keuangan arus utama.
Sebagai bukti nyata dari lonjakan ini, sepanjang bulan September 2025, Circle—penerbit stablecoin USDC—melaporkan telah mencetak sekitar US$8 miliar USDC di jaringan Solana. Angka ini mencakup pencetakan fantastis sebesar US$750 juta hanya dalam satu hari perdagangan, menunjukkan aktivitas yang sangat dinamis.
Melihat perkembangan ini, analis teknikal Kyle Doops memperkirakan bahwa rekor pasokan stablecoin yang melimpah ini tidak akan berdiam diri terlalu lama dan akan segera mengalir ke pasar aset kripto. “Modal tidak akan diam terlalu lama. Rekor pasokan stablecoin ini berpotensi menjadi pemicu utama pergerakan bullish berikutnya di pasar kripto,” pungkasnya, memberikan gambaran optimis terhadap prospek pasar ke depan.