Prospek Cerah Saham Lapis Dua, Investor Kejar Cuan di Indeks IDXSMC-LIQ

Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Saham-saham emiten lapis dua konstituen IDX small medium cap (SMC) Liquid atau IDXSMC-LIQ menunjukkan tren bullish di sepanjang tahun berjalan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks IDXSMC-LIQ sempat terkoreksi dalam hingga 6,84% pada bulan kedua (year-to-date/ytd), bahkan terpangkas 8,24% sepanjang 2024, dalam kuartal III ini indeks mampu rebound bahkan melampaui kinerja indeks saham terlikuid LQ45. 

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menilai IDXSMC-LIQ tahun ini menjadi salah satu sorotan menarik di pasar. Hingga Jumat 12 September 2025, IDXSMC-LIQ sejak awal tahun sudah naik 8,02% atau outperformed dari indeks LQ45 yang terpangkas 2,65%. 

“Kinerjanya yang berhasil mengungguli indeks-indeks utama seperti LQ45 dan IDX30 mencerminkan adanya rotasi investor ke saham-saham lapis dua, yang dinilai memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dengan valuasi yang relatif lebih terjangkau,” kata Ekky kepada Bisnis, Senin (15/9/2025).

: Mereka yang Kompak Borong Ratusan Juta Lembar Saham BBRI

Ekky menilai, penguatan indeks ini turut didorong oleh karakteristik konstituennya, yaitu saham yang mencatatkan kenaikan seiring dengan aksi korporasi, katalis pertumbuhan jangka menengah, atau sedang dalam ekspansi strategis. 

Selain itu, dengan keluarnya dana asing dari saham-saham first liner atau bluechip sepanjang 2024–2025, saham-saham mid-cap justru menjadi alternatif yang menarik bagi investor domestik maupun asing.

Dengan kepemilikan asing yang relatif kecil saat ini di lantai bursa, saham lapis kedua menjadi bantalan IHSG yang lebih tahan terhadap tekanan jual asing dan pergerakannya lebih ditentukan oleh fundamental dan sentimen korporat.

Menurut Ekky, prospek IDXSMC-LIQ hingga akhir 2025 masih cukup menjanjikan, terutama jika stabilitas politik dan arah fiskal tetap terjaga. Sentimen dari realisasi APBN, ekspektasi penurunan suku bunga, serta arah investasi pemerintah ke sektor-sektor produktif seperti infrastruktur, energi, dan industrialisasi menjadi katalis utama. 

Selain itu, banyak emiten konstituen yang sedang dalam fase transisi ke model bisnis yang lebih terintegrasi, dan hasilnya diperkirakan mulai terefleksi dalam laporan keuangan 2025–2026.

Untuk tahun depan, Ekky memandang potensi pertumbuhan IDXSMC-LIQ masih terbuka lebar, terutama karena banyak proyek ekspansi dari emiten-emiten di dalam indeks ini yang mulai memasuki fase monetisasi. 

Adapun, sejumlah konstituen pendomplang indeks IDXSMC-LIQ antara lain seperti saham PT Petrosea Tbk. (PTRO) yang secara YtD melonjak 40,09%, atau saham PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) yang naik 11,82% YtD, hingga PT Perusahaan Gas Negara Tbk. atau PGN (PGAS) yang sejak awal tahun naik 12,89%.

Sejalan dengan lesatan harga saham, ketiga emiten ini agresif melakukan ekspansi bisnis. Misalnya, MEDC tengah membidik tambahan EBITDA senilai US$145 juta pada 2026 usai menambah kepemilikannya di Blok Corridor.

Sementara itu, PGAS sedang menyiapkan proyek LNG Hub Arun yang ditarget beroperasi tahun ini untuk menyambut limpahan pasar LNG pada 2026. Atau, emiten terafilitasi Prajogo Pangestu, PTRO yang memulai ekspansi bisnis non-batu bara ke sektor minyak dan gas usai mengakuisisi Grup Hafar.

“Selama eksekusi proyek berjalan konsisten dan tidak terganggu oleh faktor eksternal seperti volatilitas harga komoditas atau ketidakpastian global, saham-saham lapis dua yang berfundamental kuat berpeluang menjadi pemimpin baru, terutama di tengah pasar yang mulai jenuh terhadap big caps,” tandasnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.