Ussindonesia.co.id JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih tertekan hari ini (19/9/2025). Di mana, rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 16.601 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ini membuat rupiah melemah 0,45% dibanding penutupan di hari sebelumnya yang berada di level Rp 16.527 per dolar AS. Ini adalah kali pertama sejak 13 Mei 2025, rupiah kembali berada di atas Rp 16.600 per dolar AS.
Alhasil, rupiah spot Dalam sepekan, rupiah spot turun 1,38%.
Rupiah JISDOR Bank Indonesia (BI) hari ini juga tertekan ke Rp 16.578 per dolar AS, turun 0,48% dari Rp 16.498 per dolar AS pada penutupan tanggal 18 September. Dalam sepekan, rupiah JISDOR turun 1,14%.
Rupiah Ditutup Anjlok ke Rp 16.601 Per Dolar AS Hari Ini, Terlemah Sejak Mei 2025
Analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan, rupiah dan mata uang regional pada umumnya pekan ini melemah terhadap dolar AS yang memang tengah memulih.
“Rupiah sendiri tertekan oleh kebijakan pro growth dengan stimulus-stimulus ekonomi pemerintah yang umumnya akan menekan mata uang,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (19/9).
Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan, pergerakan rupiah sepekan ini didominasi oleh pelemahan, terutama pada pertengahan hingga akhir pekan.
Rupiah dibuka melemah pada hari Senin (15/9) dan kembali tertekan pada Jumat ini, mencapai level terendah dalam empat bulan terakhir.
Sentimen utama yang menekan rupiah berasal dari dalam negeri, yaitu pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) yang tidak diantisipasi pasar.
Kebijakan ini, yang merupakan penurunan suku bunga keenam sejak September 2024, menimbulkan kekhawatiran tentang independensi BI dan keseimbangan antara stabilitas mata uang dan pertumbuhan ekonomi.
“Selain itu, isu politik seperti pencopotan menteri keuangan dan protes domestik juga menambah sentimen negatif bagi investor,” katanya kepada Kontan, Jumat.
Kebijakan Domestik Bikin Rupiah Terus Melemah, Ini Kata Analis
Lukman melihat, rupiah masih akan tertekan pada perdagangan pekan depan. Walau demikian, BI diperkirakan akan aktif mengintervensi agar rupiah tak terlalu tertekan terhadap dolar AS.
Sutopo bilang, rupiah diproyeksikan akan dibuka melemah pada Senin (22/9) depan dan berpotensi melanjutkan tren pelemahannya.
Sentimen yang mempengaruhi berpusat pada faktor domestik dan global. Dari dalam negeri, kekhawatiran tentang kebijakan ekonomi dan politik yang tidak menentu akan terus menjadi beban bagi rupiah.
Di sisi lain, sentimen dari luar negeri juga tidak memberikan banyak dukungan. Meskipun Tje Fedjuga memangkas suku bunga, sinyal yang diberikan tidak terlalu dovish seperti perkiraan, sehingga dolar AS tetap perkasa.
“Data ekonomi AS yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat juga mendukung penguatan dolar, membuat rupiah semakin tertekan,” katanya
Proyeksi Lukman, rupiah akan bergerak di rentang Rp 16.450-Rp 16.600 per dolar AS pada perdagangan Senin (22/9). “Tidak ada data ekonomi penting sepekan depan dari domestik, dari AS data inflasi PCE akan dirilis Jumat,” paparnya.
Sementara, Sutopo memproyeksikan Rupiah kemungkinan akan berada di kisaran Rp16.550 – Rp16.650 per dolar AS pada hari Senin besok.
“Pelaku pasar akan terus mencermati perkembangan politik dan ekonomi domestik, serta data-data ekonomi penting dari AS untuk mencari petunjuk lebih lanjut mengenai arah pergerakan mata uang,” ungkapnya.