Ussindonesia.co.id JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot hari ini menunjukkan pelemahan. Pada penutupan perdagangan Senin (3/10/2025), rupiah ditutup di level Rp 16.676 per dolar Amerika Serikat (AS).
Angka tersebut menandai depresiasi sebesar 0,27% bagi rupiah, dibandingkan dengan posisi penutupan Jumat (31/10/2025) yang berada di level Rp 16.631 per dolar AS. Tren pelemahan ini sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang di Asia yang juga menghadapi tekanan serupa terhadap the greenback.
Hingga pukul 15.06 WIB, sentimen negatif di pasar valuta asing Asia sangat terasa. Dolar Taiwan mencatat pelemahan terdalam dengan merosot 0,28%. Setelahnya, baht Thailand juga terpantau anjlok 0,23%, diikuti oleh ringgit Malaysia yang terkoreksi 0,22%, dan yen Jepang yang tertekan 0,14%.
Reli Bitcoin Melambat Usai Rapat The Fed Bulan Lalu, Begini Proyeksi Akhir Tahunnya
Di antara gelombang pelemahan tersebut, beberapa mata uang lain turut terpengaruh. Dolar Singapura terpantau turun 0,09%. Sementara itu, peso Filipina, yang sudah menutup perdagangannya, terdepresiasi sebesar 0,08%. Pelemahannya juga dirasakan oleh rupee India yang turun 0,02%, serta dolar Hong Kong yang melemah tipis 0,02%.
Namun, di tengah tekanan yang melanda sebagian besar mata uang regional, won Korea Selatan berhasil tampil perkasa. Won menjadi satu-satunya mata uang di Asia yang menunjukkan penguatan signifikan, naik 0,11% terhadap dolar AS. Di sisi lain, yuan China turut mencatat pelemahan tipis sebesar 0,03% terhadap the greenback menjelang sore hari ini.
Ringkasan
Pada penutupan perdagangan 3 November 2025, nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 16.676 per dolar AS, mengalami depresiasi sebesar 0,27% dibandingkan penutupan sebelumnya. Pelemahan rupiah ini sejalan dengan tren mayoritas mata uang di Asia yang juga mengalami tekanan terhadap dolar AS.
Mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan, dengan dolar Taiwan mencatat penurunan terdalam. Won Korea Selatan menjadi satu-satunya mata uang yang menguat terhadap dolar AS. Secara umum, sentimen negatif terasa di pasar valuta asing Asia pada hari tersebut.