Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Meskipun pasar saham Tanah Air diwarnai oleh eksodus aliran modal asing yang signifikan, beberapa saham justru menjadi magnet bagi investor luar negeri. Hal ini terlihat pada sesi I perdagangan Rabu (3/9/2025), di mana investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp887 miliar, namun di balik angka tersebut, sejumlah emiten berhasil menarik akumulasi pembelian.
Data dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia menunjukkan, total nilai transaksi beli oleh investor asing mencapai Rp3,09 triliun hingga penutupan sesi I. Namun, angka ini masih kalah telak dibandingkan nilai jual asing yang menembus Rp3,98 triliun, menghasilkan selisih jual bersih yang cukup besar.
Menariknya, di tengah derasnya arus keluar modal, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) memimpin daftar saham yang paling banyak dikoleksi asing dengan volume fantastis mencapai 203 juta lembar. Tak hanya GOTO, saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) juga menjadi incaran dengan 65 juta lembar, diikuti oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dengan 46 juta saham yang diakumulasi. Selain itu, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) mencatat minat beli asing hingga 44 juta lembar, bahkan disertai kenaikan harga signifikan sebesar 9,6%. Saham PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) turut dikoleksi asing sebanyak 28 juta saham, menunjukkan kepercayaan terhadap fundamental tertentu.
Dari jajaran emiten berkapitalisasi besar atau big caps, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) masuk dalam radar beli investor asing dengan volume 25 juta lembar. Beberapa saham unggulan lain yang juga menarik minat beli asing pada periode tersebut termasuk PT Indika Energy Tbk. (INDY) dan PT MNC Land Tbk. (KPIG), menandakan bahwa selektivitas investor asing tetap terjaga meski dalam kondisi pasar yang bergejolak.
Fenomena jual bersih ini bukan tanpa sebab. Laporan dari BRI Danareksa sebelumnya mencatat, pasca-demonstrasi yang terjadi pada pekan lalu, sekitar US$131 juta atau setara Rp2 triliun dana asing telah “hengkang” dari pasar saham Indonesia pada Senin (1/9/2025). Mayoritas dana yang keluar ini berasal dari saham sektor perbankan dan telekomunikasi, khususnya emiten besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), serta PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM). Secara kumulatif sejak awal tahun, aliran keluar dana asing telah mencapai angka US$3,2 miliar.
Aksi jual yang masif tersebut menjadikan BBCA dan BMRI sebagai emiten dengan outflow tertinggi tahun ini, masing-masing mencapai US$1,2 miliar dan US$776 juta. Kondisi ini secara tegas merefleksikan tren pengurangan risiko oleh investor global terhadap aset-aset saham di Indonesia, menyusul serangkaian ketidakpastian.
Namun, perlu diingat bahwa tren jual bersih oleh investor asing di pasar saham Indonesia sempat menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pekan pertama Agustus 2025 (periode 4-8 Agustus 2025), investor asing justru membukukan akumulasi beli senilai Rp124,22 miliar. Angka ini sangat kontras dengan nilai net sell pada pekan sebelumnya yang mencapai Rp2,34 triliun, menandai adanya perubahan sentimen positif yang mulai tumbuh.
Momentum positif berlanjut. Memasuki pekan kedua Agustus (periode 11-15 Agustus 2025), investor asing kian membanjiri pasar saham dengan aksi net buy bernilai jumbo hingga Rp6,67 triliun. Semangat akumulasi ini terus terpelihara pada periode 18-22 Agustus 2025 dengan net buy senilai Rp2,73 triliun, dan pada pekan 25-29 Agustus 2025 masih tercatat net buy sebesar Rp1,49 triliun, menunjukkan optimisme yang konsisten.
Sayangnya, imbas dari demonstrasi yang terjadi sejak akhir pekan lalu kembali membalikkan keadaan. Investor asing kembali “kabur” dari pasar saham Indonesia, mencatatkan net sell senilai Rp2,15 triliun pada Senin (1/9/2025). Tren jual bersih ini berlanjut hingga kemarin, Selasa (2/9/2025), meskipun dengan nilai yang lebih terbatas, yakni Rp330,88 miliar.
Secara akumulatif dalam periode tahun berjalan (year-to-date/ytd), investor asing membukukan nilai net sell yang cukup besar, mencapai Rp53,43 triliun. Nilai jual bersih yang masif ini pada dasarnya didorong oleh ketidakpastian global yang terjadi di awal tahun, khususnya ketika Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor, yang kemudian diperparah oleh sentimen domestik baru-baru ini.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Meskipun pasar saham Indonesia mengalami *net sell* asing sebesar Rp887 miliar pada sesi I perdagangan Rabu (3/9/2025), beberapa saham justru menarik minat beli. Saham GOTO memimpin dengan 203 juta lembar, diikuti BUMI (65 juta), PGAS (46 juta), HRTA (44 juta, naik 9,6%), dan SCMA (28 juta). Saham *big caps* seperti BMRI juga masuk radar beli asing dengan 25 juta lembar, selain INDY dan KPIG.
Aksi jual bersih ini dipicu oleh demonstrasi yang menyebabkan dana asing keluar sekitar US$131 juta pada Senin (1/9/2025), terutama dari sektor perbankan dan telekomunikasi seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan TLKM. Secara tahunan, *net sell* asing mencapai Rp53,43 triliun, dipengaruhi ketidakpastian global dan sentimen domestik.