Sudah 2 tahun BUMN absen IPO di pasar saham, ini kata OJK

Ussindonesia.co.id JAKARTA — Sudah sekitar dua tahun tidak ada BUMN maupun anak usaha BUMN yang mencatatkan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun buka suara.

Total saat ini ada 37 BUMN dan anak usaha yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perinciannya, sebanyak 14 BUMN dan 23 merupakan anak perusahaan pelat merah. Jumlah tersebut tidak berubah dalam dua tahun terakhir.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan pihaknya memahami bahwa partisipasi BUMN dan anak perusahaannya di pasar modal memiliki peran strategis dalam memperkuat likuiditas serta diversifikasi instrumen investasi. 

Untuk itu, OJK secara berkelanjutan melaksanakan program pendalaman pasar bersama self-regulatory organization (SRO) dan para pelaku pasar modal, seperti perusahaan efek.

“OJK melakukan sosialisasi dan diskusi dengan perusahaan yang memiliki kesiapan untuk melakukan IPO, termasuk BUMN dan anak perusahaannya, guna meningkatkan pemahaman terkait proses penawaran umum serta mengidentifikasi hambatan yang dihadapi,” kata Inarno dalam jawaban tertulis pada Sabtu (12/12/2025).

: Saham Himbara Hilang Taji Kala Laju Indeks BUMN hingga IHSG Bersemi

Namun, keputusan untuk melakukan IPO sepenuhnya merupakan pertimbangan dan kebijakan bisnis masing-masing perusahaan. Peran OJK menurutnya adalah memastikan proses berjalan secara profesional, transparan, serta melindungi kepentingan investor.

Di sisi lain, ke depan terdapat peluang IPO sejumlah BUMN seiring dengan kehadiran Danantara. Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia Pandu Sjahrir mengatakan bahwa sovereign wealth fund ini akan berkontribusi mengembangkan pasar modal Indonesia, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. 

“Dari sisi supply, memang kami ingin perusahaan-perusahaan yang ada dalam Danantara siap untuk masuk menjadi emiten yang baik di bursa,” ujarnya dalam Opening Ceremony dan Seminar Utama Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2025 di Gedung BEI, Oktober lalu (17/10/2025). 

Seperti diketahui, BUMN yang terakhir kali listing di Bursa Efek Indonesia adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO). Entitas anak PT Pertamina (Persero) ini melantai pada 24 Februari 2023 dengan raihan dana Rp9,06 triliun. 

Danantara Indonesia juga memastikan sebagian dana investasinya akan dialokasikan ke pasar modal. Secara keseluruhan, total rencana investasi akan mencapai US$10 miliar atau setara dengan Rp165,8 triliun. 

Pandu menyampaikan bahwa sekitar 80% dana tersebut akan dialokasikan untuk proyek domestik, sedangkan sisanya bakal ditempatkan di luar negeri. 

“Untuk tahun ini, sekitar 80% investasi akan dilakukan di dalam negeri, sebagian diinvestasikan di pasar publik, obligasi, dan pasar modal,” ujarnya.   

Selain itu, Danantara juga menargetkan peningkatan bobot saham Indonesia di Morgan Stanley Capital International (MSCI) hingga 5%-8% sambil mendorong likuiditas dan penguatan analisis fundamental di pasar modal.  

Pandu menyatakan bahwa posisi Indonesia saat ini telah mengalami penyusutan dari level 2,5% menjadi 1%. Oleh karena itu, dia berharap bobot tersebut dapat meningkat seiring dengan menguatnya likuiditas pasar modal. 

“Kalau tidak salah dulu 2,5%, sekarang tinggal 1%. Masa sih kita tidak bisa 5% atau 8%? Jadi, kalau boleh ke depannya, bursa bisa dong US$8 miliar trading volume per hari dan 8% dari bagian MSCI,” pungkasnya.  

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.