Sudah Meroket 160%, Saham ENRG Bisa Naik Lebih Tinggi?

Ussindonesia.co.id, JAKARTA – Saham emiten Grup Bakrie di sektor migas, PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) terus memperlihatkan pergerakan bullish yang signifikan sepanjang tahun berjalan. Pertanyaannya, mampukah harga saham ENRG ini terus melambung lebih tinggi?

Dalam sesi perdagangan hari ini, Rabu (6/8/2025) pukul 14.07 WIB, harga saham ENRG terpantau naik tipis 0,84% ke level Rp600. Pencapaian ini kian mengukuhkan performanya, mengingat saham ENRG telah melesat impresif hingga 160,87% secara year to date (YtD), menunjukkan kekuatan fundamental yang menarik perhatian investor.

Menariknya, capaian harga saham ENRG saat ini bahkan telah melampaui target harga konsensus analis. Berdasarkan data Bloomberg, tiga analis yang mengikuti dan mengulas Energi Mega Persada (ENRG) kompak merekomendasikan “beli” dengan target harga konsensus Rp590 per saham dalam 12 bulan ke depan. Ini menandakan bahwa kinerja saham ENRG telah melampaui ekspektasi awal pasar.

Melihat performa gemilang ini, analis Samuel Sekuritas, Juan Harahap dan Fadhlan Banny, baru-baru ini memperbarui rekomendasi mereka untuk saham ENRG menjadi “beli” dengan target harga yang lebih ambisius, yakni Rp650 per saham. Proyeksi ini mencerminkan keyakinan kuat terhadap prospek saham ENRG ke depan.

Riset dari Samuel Sekuritas memproyeksikan adanya perbaikan fundamental kinerja perusahaan yang substansial dalam beberapa tahun mendatang. Energi Mega Persada diestimasi akan membukukan kenaikan pendapatan signifikan. Pada tahun 2025, pendapatan diproyeksikan mencapai US$509 juta, naik dari US$467 juta pada tahun 2024. Angka ini diperkirakan akan terus bertumbuh menjadi US$515 juta pada 2026, dan bahkan mencapai US$596 juta pada 2027.

Sejalan dengan peningkatan pendapatan, laba bersih ENRG juga diestimasi akan melonjak. Dari US$73 juta pada 2024, laba bersih diprediksi naik menjadi US$82 juta pada tahun ini. Proyeksi selanjutnya menunjukkan kenaikan menjadi US$94 juta pada 2026, dan menembus US$129 juta pada 2027. Angka-angka ini menegaskan optimisme analis terhadap kinerja ENRG.

Optimisme proyeksi ini turut didukung oleh serangkaian aksi korporasi strategis yang telah dan akan dilakukan Energi Mega Persada. Salah satunya adalah eksekusi blok migas di Malacca Strait, Riau, melalui anak usahanya PT Imbang Tata Alam. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi perusahaan di sektor hulu migas.

Dalam rangka pengembangan blok migas tersebut, ENRG juga telah melaksanakan aksi korporasi berupa penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Sebanyak-banyaknya 2,48 miliar saham akan diterbitkan, dengan potensi perolehan dana mencapai Rp595,7 miliar. Aksi ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk mendanai ekspansi dan pertumbuhan.

Samuel Sekuritas memperkirakan bahwa aksi korporasi tersebut akan berdampak positif pada neraca keuangan ENRG, yang tercermin dari penurunan rasio net gearing. Rasio ini diproyeksikan akan menurun menjadi 48,2% pada akhir 2025, jauh lebih baik dibandingkan rasio sebelum aksi korporasi yang sebesar 59,3%. Bahkan, rasio net gearing ini diperkirakan akan semakin membaik menjadi 34,6% pada 2027, menunjukkan posisi keuangan yang lebih sehat.

Meskipun demikian, Samuel Sekuritas turut mencatat beberapa risiko yang perlu diwaspadai dalam investasi saham ENRG. Risiko tersebut meliputi potensi penundaan pelaksanaan proyek ekspansi, fluktuasi harga minyak dunia yang lebih rendah dari perkiraan, serta kemajuan proyek energi baru terbarukan (EBT) yang lebih cepat dari prediksi. Riset tersebut juga mengungkapkan bahwa setiap perubahan harga minyak sebesar 1,0% dapat berdampak sekitar 1,8% terhadap pendapatan ENRG.

Sebelumnya, analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, juga menyematkan rekomendasi “beli” untuk saham ENRG, meskipun target harga sebelumnya di Rp408 per saham telah terlampaui. Analisis ini tetap memberikan pandangan positif terhadap potensi Energi Mega Persada.

Kiwoom Sekuritas, melalui Sukarno Alatas, memperkirakan bahwa ENRG berpotensi meraih pendapatan yang lebih tinggi, yakni US$633 juta pada tahun 2025. Sementara itu, laba bersih perusahaan diprediksi akan naik signifikan dari US$76 juta pada 2024 menjadi US$104 juta pada tahun ini, menunjukkan prospek pertumbuhan laba yang kuat.

Di sisi lain, Kiwoom Sekuritas juga menyoroti sejumlah risiko yang dapat menekan kinerja ENRG. Faktor-faktor tersebut meliputi risiko transisi energi, ketidakpastian regulasi di sektor migas, fluktuasi harga komoditas global, serta kemajuan dan kompetisi dalam teknologi pertambangan migas yang terus berkembang. Pemahaman atas risiko ini penting bagi investor yang mempertimbangkan saham ENRG.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.