
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Harga penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA) di level Rp635 dinilai menarik dan kompetitif dibandingkan emiten bank digital lain.
Berdasarkan hasil penawaran awal atau bookbuilding, harga IPO Superbank resmi ditetapkan sebesar Rp635 per saham dengan proses penawaran umum dimulai besok, Rabu (10/12/2025) hingga 15 Desember mendatang.
Melalui aksi korporasi tersebut, calon emiten yang didukung ekosistem Grab dan Emtek Group ini menargetkan penghimpunan dana sekitar Rp2,79 triliun melalui pelepasan 4,4 miliar saham atau setara 13% dari modal setelah IPO.
: Superbank (SUPA) Tetapkan Harga IPO Rp635, Sucor Sebut Valuasi Kompetitif!
CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijayan memandang bahwa Superbank berada pada level valuasi yang sangat kompetitif dibandingkan emiten di sektor serupa.
Dengan harga penawaran di level Rp635 per saham, valuasi Superbank merefleksikan price to book value (PBV) sekitar 2,64 kali, menjadikannya salah satu bank digital dengan valuasi paling rendah dibandingkan kompetitor.
: : Menimbang Efek Rumor Merger Grab-GOTO ke Calon Emiten IPO Superbank
“Jika dibandingkan dengan ARTO, BBHI, atau Aladin yang PBV-nya jauh lebih tinggi, maka secara valuasi Superbank berada pada level yang sangat menarik bagi investor,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (9/12/2025).
Bernadus menambahkan bahwa valuasi yang rendah saat IPO justru membuka peluang rerating atau penyesuaian kenaikan valuasi ke depan. Adapun re-rating tersebut akan bergantung pada kemampuan Superbank dalam mengeksekusi strategi pertumbuhan dan mengoptimalkan ekosistem digitalnya.
: : Realisasi Wacana Merger Grab-GOTO jadi Tantangan Kinerja Superbank (SUPA)
“Bank digital biasanya diperdagangkan dengan premi karena ekspektasi pertumbuhan yang besar. Namun, Superbank saat ini justru berada di valuasi konservatif. Ini memberi peluang bagi investor yang ingin masuk lebih awal sebelum valuasinya menyesuaikan dengan kinerja dan ekspansi,” tuturnya.
Dalam prospektus, Superbank mengungkapkan sekitar 70% dana hasil IPO akan dialokasikan untuk modal kerja penyaluran kredit. Sisanya, sekitar 30%, dialokasikan sebagai belanja modal mulai 2026 hingga lima tahun ke depan.
Secara rinci, dana untuk belanja modal akan mencakup pengembangan produk pendanaan dan pembiayaan perseroan, digital payment system, infrastruktur teknologi informasi, penguatan sistem operasional, investasi pada kecerdasaan buatan (AI) dan data analitik, serta peningkatan keamanan siber.
Dengan kombinasi valuasi rendah, dukungan ekosistem Grab–Emtek, strategi ekspansi kredit, dan rencana belanja modal jangka panjang membuat Superbank sebagai salah satu kandidat bank digital yang berpotensi undervalued saat IPO.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.