Tarif Trump dan Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Bayangi Pasar, IHSG Berpeluang Menguat

Ussindonesia.co.id – Sejumlah sentimen global dan domestik mewarnai pergerakan pasar keuangan dalam beberapa hari terakhir. Kekhawatiran pelaku pasar global masih tertuju pada kebijakan tarif Amerika Serikat (AS). Yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi dan kinerja perusahaan ke depan.

“Tarif Trump masih menjadi perhatian pelaku pasar, terutama terkait dengan dampak tarif tersebut terhadap perekonomian dan kinerja perusahaan di masa depan,” kata analis pasar modal Hans Kwee kepada Jawa Pos, Minggu (10/8).

Di sisi lain, ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) kembali menguat. Dipicu oleh data-data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan. Seperti, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 sebesar 3 persen year-on-year (YoY) atau 1,25 persen sepanjang semester I 2025. 

Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 2,8 persen sepanjang Januari hingga Juni tahun sebelumnya. Sejalan dengan pola belanja konsumen yang mengurangi pengeluarannya. Serta penyesuaian perusahaan terhadap kebijakan perdagangan yang berubah-ubah. 

Selain itu, dinamika politik internal AS turut memengaruhi arah kebijakan moneter ke depan. Trump berencana memasukkan Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Stephen Miran untuk menduduki kursi Gubernur The Fed. Serta potensi Christopher Waller menjadi orang nomor satu bank sentral AS itu. 

“Ini memengaruhi potensi pemotongan bunga oleh The Fed di masa depan. Tahun ini, The Fed diperkirakan dua kali memotong bunga dan dimulai pada September 2025,” jelas dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Trisakti itu.

Dari kawasan Eropa, sentimen positif muncul setelah adanya kabar rencana pertemuan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Prospek pertemuan ini menumbuhkan harapan akan meredanya konflik Rusia dan Ukraina. 

“Ini kabar baik bagi pasar Eropa dan aset berisiko secara umum. Namun menjadi tekanan bagi harga minyak dunia,” imbuh Hans.

Harga minyak saat ini cukup berfluktuasi. Tertekan oleh potensi perdamaian konflik Rusia-Ukraina, kebijakan tarif Trump, serta keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

Di dalam negeri, Hans menilai pasar saham Indonesia masih memiliki prospek positif. Memiliki valuasi yang menarik. Bahkan, berpotensi melanjutkan kenaikan yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. 

“IHSG (indeks harga saham gabungan) berpeluang menguat, dengan level support berada di kisaran 7.336 hingga 7.448 dan resistance di rentang 7.680 sampai 7.700,” ungkap Hans. 

Data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 4–8 Agustus 2025 menunjukkan kinerja yang bervariasi. Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad menyatakan, peningkatan tertinggi tercatat pada rata-rata frekuensi transaksi harian. Naik sebesar 10,92 persen secara mingguan menjadi 1,04 juta kali transaksi. 

“Kenaikan juga terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian, yang tumbuh 6,41 persen menjadi Rp 17,07 triliun, dibandingkan Rp 16,05 triliun pada pekan sebelumnya,” ucapnya. 

Sementara itu, IHSG turu tipis 0,06 persen secara week-to-week (WtW). Ditutup di level 7.533,385 dari 7.537,768 pada pekan sebelumnya. Dari sisi kapitalisasi pasar, BEI mencatat penurunan 0,33 persen menjadi Rp 13.555 triliun.

Dari sisi aktivitas investor asing, pada hari terakhir perdagangan pekan ini tercatat net sell sebesar Rp 510,92 miliar. “Sepanjang 2025, investor asing telah mencatatkan jual bersih (net sell) senilai Rp 61,857 triliun,” ujar Kautsar.