Ussindonesia.co.id, JAKARTA — Dua nama besar di industri susu Indonesia, PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ), dikabarkan sedang menjajaki pembicaraan awal dengan koperasi susu raksasa asal Belanda, FrieslandCampina, induk usaha Frisian Flag Indonesia. Diskusi ini mencakup potensi penjualan saham minoritas serta peluang kolaborasi strategis yang lebih luas, menandai langkah signifikan dalam dinamika pasar produk konsumsi.
Menurut laporan eksklusif dari DealStreetAsia, pembicaraan antara Ultra Jaya dan FrieslandCampina ini masih dalam tahap eksplorasi dan belum bersifat mengikat. Namun, cakupan diskusi tidak hanya terbatas pada divestasi sebagian saham, melainkan juga membuka pintu lebar bagi kemungkinan konsolidasi penuh dalam jangka panjang. Sejumlah penasihat hukum dan keuangan dilaporkan telah terlibat secara informal, menunjukkan keseriusan kedua belah pihak dalam menjajaki potensi kerja sama ini.
Jika terealisasi, kesepakatan ini berpotensi menciptakan sinergi yang luar biasa. Kekuatan skala bisnis domestik, merek yang telah mengakar kuat, dan jaringan distribusi luas milik Ultra Jaya dapat bergabung dengan keunggulan riset, inovasi, serta rantai pasok global dari FrieslandCampina. “Kolaborasi yang mampu menggabungkan skala, inovasi, dan pemahaman pasar lokal kini menjadi langkah strategis, bukan sekadar opsi,” ujar seorang konsultan sektor konsumsi yang dikutip DealStreetAsia pada Rabu (8/10/2025), menggarisbawahi pentingnya langkah ini.
FrieslandCampina sendiri telah lama beroperasi di Indonesia melalui entitas anak perusahaannya, Frisian Flag Indonesia, yang dikenal luas oleh masyarakat. Melalui pembahasan ini, kedua pihak berupaya memperdalam integrasi regional yang sejalan dengan strategi global perusahaan untuk memperkuat posisinya di pasar Asia Tenggara. Di sisi lain, Ultra Jaya, yang didirikan pada tahun 1958 oleh Ahmad Prawirawidjaja, telah berevolusi dari produsen rumahan menjadi salah satu merek susu terbesar dan paling dihormati di Indonesia.
Struktur kepemilikan Ultra Jaya menunjukkan Presiden Direktur, Sabana Prawirawidjaja, sebagai pemegang saham terbesar dengan porsi 53,16%. Saham lainnya dimiliki oleh PT Prawirawidjaja Prakarsa sebesar 23,78%, Samudera Prawirawidjaja 3,61%, dan Suhendra Prawirawidjaja 1,11%. Sementara itu, kepemilikan saham publik tercatat sekitar 18,34% dari total saham perseroan.
Meski demikian, sorotan juga tertuju pada kinerja keuangan Ultra Jaya. Hingga semester I/2025, ULTJ membukukan laba bersih sebesar Rp603,81 miliar yang dapat diatribusikan kepada entitas induk. Angka ini mencerminkan penurunan 20,04% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan laba bersih Rp755,13 miliar. Penurunan kinerja laba ini sejalan dengan melemahnya kinerja penjualan yang turun 8,17% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp4,08 triliun.
Secara rinci, perseroan juga mencatat beban pokok penjualan sebesar Rp2,71 triliun, turun 8% YoY dari Rp2,94 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian, laba kotor ULTJ mencapai Rp1,36 triliun, atau turun 8,51% secara tahunan. Dari sisi neraca, kas dan setara kas perseroan turun 28,39% YoY menjadi Rp2,08 triliun dari Rp2,91 triliun. Total aset juga berkurang 3,59% year to date (YtD) menjadi Rp8,15 triliun, sementara total liabilitas menurun tajam 44,31% YtD menjadi Rp576,09 miliar. Pada saat bersamaan, ekuitas ULTJ tumbuh 2,08% menjadi Rp7,58 triliun, menunjukkan fundamental yang relatif kokoh di tengah tantangan kinerja.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ) sedang dalam pembicaraan awal dengan FrieslandCampina (induk Frisian Flag Indonesia) mengenai potensi penjualan saham minoritas dan kolaborasi strategis. Diskusi ini bahkan membuka peluang konsolidasi penuh di masa depan dan melibatkan penasihat hukum serta keuangan. Kesepakatan ini diharapkan dapat menggabungkan skala bisnis Ultra Jaya dengan inovasi dan rantai pasok global FrieslandCampina.
Meskipun demikian, ULTJ mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 20,04% menjadi Rp603,81 miliar pada semester I/2025, seiring dengan penurunan penjualan sebesar 8,17% YoY menjadi Rp4,08 triliun. Aset perusahaan juga mengalami penurunan, tetapi ekuitas justru tumbuh, menunjukkan fundamental yang relatif stabil. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca.