Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT), emiten energi dan petrokimia terkemuka milik konglomerat Prajogo Pangestu, baru-baru ini berhasil mengamankan fasilitas pinjaman strategis dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI. Langkah ini diproyeksikan akan semakin memperkuat prospek kinerja BRPT pada sisa semester II-2025, seiring dengan agresifnya ekspansi dan diversifikasi bisnis yang tengah digalakkan perseroan.
Melalui keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Barito Pacific mengumumkan perolehan fasilitas kredit berjangka dengan sifat committed dan non-revolving dari BRI. Pinjaman ini memiliki plafon signifikan mencapai US$ 252.754.500. Bersamaan dengan itu, BRPT juga mendapatkan fasilitas Forex Line dengan plafon serupa, yakni sebanyak-banyaknya US$ 252.754.500.
Seluruh dana yang diterima dari Perjanjian Kredit tersebut akan dialokasikan sepenuhnya untuk menopang operasional perusahaan secara umum. Lebih spesifik, dana ini juga akan digunakan untuk pelunasan utang perusahaan yang berasal dari Facility Agreement for a Term Loan/Standby Letter of Credit Facility tertanggal 5 Agustus 2020. Sementara itu, fasilitas Forex Line akan dimanfaatkan BRPT untuk keperluan lindung nilai transaksi derivatif, khususnya jenis Interest Rate Swap (IRS). Demikian penjelasan Direktur dan Sekretaris Perusahaan BRPT, David Kosasih, dalam keterbukaan informasi yang dirilis pada Jumat (22/8).
Barito Pacific (BRPT) Dapat Fasilitas Pinjaman dari BRI, Segini Nilainya
Analis Muhammad Wafi dari Korea Investments & Sekuritas Indonesia (KISI) menyoroti bahwa pemberian fasilitas pinjaman ini adalah langkah strategis yang akan memperkuat likuiditas dan struktur modal BRPT. Ia menambahkan, keputusan ini juga berpotensi menekan risiko refinancing dan biaya bunga yang harus ditanggung BRPT di masa mendatang. “Pinjaman ini juga akan menambah fleksibilitas BRPT untuk investasi atau ekspansi,” ungkap Wafi pada Jumat (22/8).
Senada dengan itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa fasilitas pinjaman dari BRI ini dapat menjadi katalis positif yang signifikan bagi kinerja jangka panjang Barito Pacific. Mengingat salah satu tujuan utama fasilitas kredit ini adalah mendukung operasional perusahaan, Nafan optimistis pinjaman ini akan memberikan dorongan. Ia melanjutkan, “Pinjaman ini juga bisa digunakan untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas BRPT dalam menjalankan usahanya di sektor petrokimia maupun energi terbarukan.”
Komitmen BRPT terhadap ekspansi memang terlihat jelas dari berbagai langkah korporasi yang telah diambil. Melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), bersama dengan Glencore, BRPT berhasil mengakuisisi Shell Singapore Pte. Ltd. (SSPL) di Shell Energy and Chemicals Park (SECP) pada awal April lalu. Perusahaan tersebut kini telah berganti nama menjadi Aster Energy and Chemicals Park, menandai babak baru dalam strategi petrokimia BRPT.
Pasca-akuisisi, Aster Energy and Chemicals Park juga tidak berhenti berinovasi. Awal Agustus ini, Aster mengumumkan keberhasilan penyelesaian akuisisi Chevron Phillips Singapore Chemicals Pte Ltd (CPSC) yang mengoperasikan fasilitas manufaktur polietilena densitas tinggi (HDPE) di Pulau Jurong, Singapura. Akuisisi ini menambah kapasitas produksi HDPE BRPT sebesar 400 kilo ton per tahun (kta), memperkuat posisi di pasar petrokimia regional.
Ini Resep Barito Pacific (BRPT) Cetak Kinerja Cemerlang di Semester I-2025
Di segmen energi terbarukan, BRPT, melalui PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), juga menunjukkan kemajuan signifikan. Unit panas bumi baru di Salak dan Wayang Windu yang ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada akhir 2026 terus berprogres positif. Selain itu, program retrofit yang sedang berjalan di Salak, Wayang Windu, dan Darajat dirancang untuk meningkatkan efisiensi pembangkit, memperpanjang umur aset, serta mengoptimalkan output dari infrastruktur energi yang sudah ada, menegaskan komitmen BRPT terhadap keberlanjutan.
Meski potensi kinerja BRPT masih sulit diperkirakan secara pasti, Muhammad Wafi memproyeksikan bahwa, jika mengesampingkan faktor akuisisi Aster, EBITDA BRPT berpeluang naik 4%-6% pada tahun 2025. Proyeksi pertumbuhan ini didukung oleh posisi neraca keuangan yang kian solid, efek positif akuisisi Aster oleh TPIA, serta kinerja operasional yang stabil dari BREN. Namun, Wafi juga mengingatkan adanya sentimen negatif yang perlu diwaspadai, antara lain volatilitas harga minyak dan gas yang dapat menekan margin perusahaan, serta ketidakpastian global yang berpotensi mempengaruhi permintaan produk petrokimia.
Wafi merekomendasikan hold untuk saham BRPT dengan target harga Rp 2.200 per saham, sementara Nafan merekomendasikan akumulasi beli saham BRPT dengan target harga yang lebih tinggi, di level Rp 2.570 per saham.