Ussindonesia.co.id, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin memantapkan langkahnya untuk menarik perusahaan-perusahaan berkaliber tinggi melalui skema penawaran umum saham perdana (IPO) lighthouse. Dua perusahaan dengan potensi besar telah dilaporkan masuk dalam daftar tunggu atau pipeline IPO lighthouse tahun ini, siap mengikuti jejak emiten-emiten besar sebelumnya seperti PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA).
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengungkapkan bahwa hingga 8 Agustus 2025, pasar modal Indonesia telah menyambut empat perusahaan yang berhasil melakukan IPO dalam kategori lighthouse sepanjang tahun ini. Perusahaan yang dikategorikan sebagai lighthouse adalah emiten dengan nilai kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun dan memiliki free float minimal 15%. Empat perusahaan yang telah sukses melantai di bursa dengan predikat ini antara lain RATU, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI), dan CDIA.
Target BEI untuk tahun ini adalah meraih lima perusahaan IPO lighthouse. Dengan empat yang sudah tercatat, hanya diperlukan satu perusahaan lagi untuk memenuhi ambisi tersebut. Iman Rachman lebih lanjut menjelaskan dalam konferensi pers HUT ke-48 Reaktivasi Pasar Modal Indonesia pada Senin (11/8/2025), bahwa secara keseluruhan, terdapat enam perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia, dan dua di antaranya adalah kandidat kuat untuk masuk kategori lighthouse.
Sektor-sektor yang diwakili oleh perusahaan-perusahaan dalam pipeline IPO BEI menunjukkan keragaman yang menjanjikan, mencakup basic materials, transportasi dan logistik, serta finansial. Kehadiran perusahaan-perusahaan dari sektor strategis ini diharapkan dapat menambah dinamika dan kedalaman pasar modal. Sementara itu, data BEI menunjukkan bahwa sampai dengan 8 Agustus 2025, sebanyak 22 perusahaan telah berhasil mencatatkan sahamnya di bursa, dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp10,39 triliun.
Dalam kesempatan tersebut, Iman Rachman menegaskan komitmen BEI untuk senantiasa mendorong kualitas IPO pada tahun ini, alih-alih hanya berfokus pada kuantitas jumlah perusahaan yang melantai. Dorongan untuk lebih banyak perusahaan IPO lighthouse menjadi prioritas utama demi menciptakan pasar modal yang lebih kuat dan stabil.
Visi ini sejalan dengan pandangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Deputi Komisioner Pengawas Emiten, Transaksi Efek, dan Pemeriksaan Khusus OJK, I.B. Aditya Jayaantara, menyatakan bahwa strategi OJK dalam konteks IPO adalah menyeimbangkan antara aspek kuantitas dan kualitas. “Bahwa bagaimana kami kejar bukan hanya jumlah tapi kualitasnya. Dari sisi jumlah tidak bosan kami kejar dengan sosialisasi. Di sisi lain, kami juga meningkatkan kualitas,” ujarnya.
Untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas ini, OJK mengambil langkah konkret melalui regulasi yang memperkuat fungsi dan peran lembaga penunjang pasar modal, seperti underwriter. Lembaga ini didorong untuk menjalankan fungsi filtering atau uji tuntas yang lebih ketat, serta memberikan masukan strategis terkait penentuan harga saham dan waktu yang tepat untuk masuk ke bursa, sehingga setiap IPO dapat memberikan nilai optimal bagi pasar dan investor.
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan lima perusahaan IPO lighthouse pada tahun 2025, dengan empat perusahaan telah berhasil melantai, yaitu RATU, CBDK, YUPI, dan CDIA. Perusahaan lighthouse adalah emiten dengan kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun dan free float minimal 15%. Saat ini, ada enam perusahaan dalam pipeline IPO BEI, di mana dua di antaranya berpotensi menjadi perusahaan lighthouse.
Sektor perusahaan dalam pipeline IPO BEI meliputi basic materials, transportasi dan logistik, serta finansial. OJK juga menekankan pentingnya kualitas IPO dengan memperkuat peran lembaga penunjang pasar modal seperti underwriter untuk melakukan uji tuntas yang lebih ketat. BEI berkomitmen untuk mendorong kualitas IPO demi menciptakan pasar modal yang lebih kuat dan stabil.