Boy Thohir: 5 Saham Energi & Kimia Potensi Cuan Gede!

Garibaldi “Boy” Thohir, sosok yang bukan hanya dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia, namun juga sebagai “brand” yang menjanjikan mutu bagi investor di Bursa Efek Indonesia (BEI). Strategi investasinya yang agresif namun terukur membuat pergerakan saham yang terkait dengan Boy Thohir selalu dinantikan dan diikuti oleh berbagai pelaku pasar, mulai dari investor ritel hingga institusi besar.

Kejeliannya dalam membaca peluang, mulai dari sektor batu bara, emas, nikel, hingga energi bersih, menjadikan portofolionya layak untuk dipelajari sebagai referensi investasi jangka panjang. Boy Thohir tidak hanya terpaku pada satu sektor; ia melakukan diversifikasi cerdas untuk menyeimbangkan risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Ingin merasakan manisnya keuntungan dari sentuhan sang konglomerat? Berikut adalah lima saham andalannya yang wajib masuk dalam radar pantauan Anda:

1. Adaro Energy Indonesia (ADRO)

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tetap menjadi “kapal induk” utama dalam kerajaan bisnis energi terintegrasi milik Boy Thohir. Di tahun 2025 ini, ADRO telah melakukan transformasi signifikan dengan memisahkan bisnis batu bara termalnya ke entitas baru (AADI) demi fokus pada energi hijau dan diversifikasi bisnis yang lebih ramah lingkungan.

Boy Thohir tercatat sebagai Presiden Direktur sekaligus pemegang saham pengendali dengan kepemilikan langsung sekitar 6,18% dari total saham beredar yang mencapai sekitar 31,9 miliar lembar. Kinerja saham ADRO hingga November 2025 masih sangat solid, didukung oleh pembagian dividen jumbo yang konsisten, menjadikannya daya tarik utama bagi investor yang mencari passive income.

Saat ini, harga saham ADRO diperdagangkan di kisaran Rp3.700 hingga Rp3.800 per lembar, dengan kapitalisasi pasar (Market Cap) yang sangat besar, mencapai lebih dari Rp118 triliun. Meskipun harga batu bara dunia tidak setinggi saat boom komoditas beberapa tahun lalu, efisiensi operasional yang dilakukan oleh manajemen membuat ADRO tetap mampu mencetak laba bersih yang impresif dan menjaga neraca keuangannya tetap sehat.

2. Adaro Minerals (ADMR)

Anak usaha Adaro yang satu ini, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), menjadi bintang yang bersinar terang di portofolio Boy Thohir sejak IPO pada awal tahun 2022 dengan harga Rp100 per saham. Fokus utama ADMR adalah penambangan metallurgical coal (batu bara kokas) yang sangat dibutuhkan untuk pembuatan baja, serta proyek smelter aluminium yang menjadi bagian dari transisi energi nasional.

Dengan jumlah saham beredar sebanyak 40,8 miliar lembar, ADMR sukses menarik minat investor asing berkat margin labanya yang tebal dan prospek permintaan baja yang pulih di tahun 2025. Performa saham ADMR di tahun 2025 menunjukkan stabilitas di level yang cukup tinggi dibandingkan harga IPO-nya, bergerak di kisaran harga Rp1.300 hingga Rp1.400 per lembar.

Kapitalisasi pasarnya kini menembus angka Rp55 triliun, menjadikannya salah satu emiten mid-big cap yang disegani di sektor material dasar. Boy Thohir, melalui Grup Adaro, terus mendorong ekspansi ADMR, terutama dalam penyelesaian proyek aluminium di Kalimantan Utara yang digadang-gadang akan menjadi sumber pendapatan baru yang masif mulai tahun depan.

3. Merdeka Copper Gold (MDKA)

Di luar Grup Adaro, Boy Thohir memiliki kepemilikan strategis di PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melalui sarana investasi Provident Capital dan kemitraan strategis lainnya. MDKA adalah perusahaan tambang emas dan tembaga kelas dunia yang mengoperasikan Tambang Tujuh Bukit di Banyuwangi dan Proyek Emas Pani di Gorontalo yang sangat potensial.

Perusahaan ini memiliki jumlah saham beredar sekitar 24 miliar lembar dan dikenal sebagai salah satu emiten tambang dengan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) terbaik di bursa.

Menjelang akhir tahun 2025, harga saham MDKA bergerak dinamis mengikuti tren kenaikan harga emas global yang sempat menyentuh rekor tertinggi (All Time High). Saham ini diperdagangkan di level Rp2.400-an dengan kapitalisasi pasar raksasa sebesar Rp57 triliun, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap cadangan mineralnya yang melimpah.

Bagi Anda yang ingin melakukan lindung nilai (hedging) aset terhadap inflasi sekaligus mendapatkan potensi capital gain, saham MDKA yang dikawal oleh Boy Thohir ini sering menjadi rekomendasi utama para analis sekuritas.

4. Merdeka Battery Materials (MBMA)

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) merupakan anak usaha MDKA yang secara khusus menggarap hilirisasi nikel dan rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV). Setelah melantai di bursa (IPO) pada April 2023, perusahaan ini langsung menjadi sorotan karena asetnya yang terintegrasi, mulai dari tambang nikel hingga smelter RKEF dan pabrik nikel matte.

Boy Thohir melihat MBMA sebagai wahana investasi untuk menangkap peluang dari revolusi kendaraan listrik global yang permintaannya terus meningkat di tahun 2025. Kinerja saham MBMA di tahun 2025 memang cukup menantang akibat volatilitas harga nikel dunia, namun tetap bertahan di level Rp500 hingga Rp600 per saham.

Dengan jumlah saham beredar yang sangat banyak, mencapai lebih dari 108 miliar lembar, MBMA memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp59 triliun, bersaing ketat dengan pemain nikel besar lainnya. Dukungan penuh dari Boy Thohir dan grup Saratoga di belakangnya memberikan keyakinan bahwa MBMA akan menjadi pemain dominan saat ekosistem baterai listrik Indonesia sudah matang sepenuhnya.

5. ESSA Industries (ESSA)

Saham terakhir yang menjadi andalan Boy Thohir adalah PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA), di mana ia menjabat sebagai Presiden Komisaris dan memegang sekitar 5,55% saham secara transparan. ESSA bergerak di bidang pengolahan gas bumi menjadi LPG dan Amonia, dan kini sedang gencar mengembangkan Blue Ammonia sebagai bahan bakar rendah karbon masa depan.

Sejak IPO pada tahun 2012, ESSA telah tumbuh menjadi perusahaan petrokimia swasta terbesar dengan kinerja yang sangat efisien. Sepanjang tahun 2025, saham ESSA menunjukkan tren bullish seiring dengan pulihnya harga amonia global dan tingginya permintaan untuk industri pupuk.

Harga sahamnya kini stabil di kisaran Rp900 hingga Rp1.000, memberikan kapitalisasi pasar sekitar Rp16 triliun bagi perusahaan. Bagi Anda, ESSA menawarkan diversifikasi yang unik karena tidak hanya berkutat di tambang galian, melainkan juga di industri hilir gas yang memiliki margin stabil dan prospek cerah dalam peta jalan energi bersih global. Bagaimana menurut Anda?

Setelah mengamati kelima emiten di atas, terlihat jelas bahwa Boy Thohir tidak menaruh semua telur dalam satu keranjang. Ia menyebarkannya ke berbagai sektor, mulai dari energi, mineral, hingga industri kimia. Kombinasi antara saham “penghasil uang tunai” seperti ADRO dan saham “pertumbuhan tinggi” seperti ADMR dan MBMA menciptakan keseimbangan portofolio yang kokoh.

Memantau saham-saham milik Boy Thohir bisa menjadi langkah awal yang cerdas bagi Anda untuk menyusun strategi investasi yang lebih matang dan berpotensi menghasilkan keuntungan maksimal. Apakah Anda siap untuk mulai mengikuti jejaknya?

Usai Divestasi, Boy Thohir Buyback 1,3 Juta Lembar Saham EMAS
Boy Thohir Kurangi Saham di Merdeka Gold Resources, Kenapa?
Boy Thohir: Indonesia Jadi Episentrum Investasi China di ASEAN

Ringkasan

Boy Thohir, seorang tokoh penting di BEI, dikenal dengan strategi investasi yang agresif namun terukur. Ia melakukan diversifikasi cerdas ke berbagai sektor seperti batu bara, emas, nikel, dan energi bersih untuk memaksimalkan keuntungan dan menyeimbangkan risiko. Beberapa saham andalannya yang patut diperhatikan antara lain Adaro Energy Indonesia (ADRO), Adaro Minerals (ADMR), Merdeka Copper Gold (MDKA), Merdeka Battery Materials (MBMA), dan ESSA Industries (ESSA).

Saham-saham tersebut mencerminkan diversifikasi portofolio Boy Thohir, dari energi hingga industri kimia. Kombinasi saham “penghasil uang tunai” seperti ADRO dan saham “pertumbuhan tinggi” seperti ADMR dan MBMA menciptakan keseimbangan yang kokoh. Memantau saham-saham miliknya dapat menjadi langkah cerdas untuk menyusun strategi investasi yang lebih matang.