
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mendapatkan instruksi dari Presiden Prabowo Subianto untuk melakukan langkah tanggap darurat dalam penangangan bencana cuaca ekstrem yang melanda Aceh, Sumatra Utara (Sumut) dan Sumatra Barat (Sumbar).
Pratikno mengatakan, Prabowo telah memerintahkan jajaran TNI-Polri, pemerintah daerah, beserta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk terjun ke lokasi bencana. Pengiriman bantuan ke lokasi terdampak bencana juga disesuaikan dengan kondisi faktual di lapangan.
“Bapak Presiden sudah perintahkan kepada kami, Tim BNPB langsung bergerak dibantu TNI Polri, Pemda dan untuk tanggap darurat. Tenda-tenda pengungsian,makanan, dengan segala kebutuhan sehari-hari sudah dikirim,” kata Pratikno dalam keterangan pers yang disiarkan oleh kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Jumat (28/11).
Pemerintah telah mengirim sekitar 150 tenda, 64 perahu karet untuk menunjang proses evakuasi, serta sejumlah genset dan alat bantu listrik pada har ini. Pengerahan perangkat komunikasi juga menjadi prioritas, dengan pengiriman sekitar 100 unit untuk memulihkan jaringan komunikasi di wilayah terdampak.
Baca juga:
- Prabowo Kirim Pesawat Bawa Bantuan untuk Korban Bencana Aceh, Sumut, dan Sumbar
Pratikno mengatakan, Kementerian Pekerjaan Umum juga telah bergerak ke beberapa lokasi untuk menangani jalur utama yang terputus akibat tanah longsor dan timbunan lainnya.
“Kami koordinasi dengan Pak Sekretaris Kabinet untuk menyiapkan semua,” ujarnya.
Tanggap Darurat
Status tanggap darurat merupakan keadaan ketika ancaman bencana benar-benar terjadi dan telah mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Upaya penanganan darurat bencana pada saat status tanggap darurat meliputi pengkajian cepat situasi dan kebutuhan penangangan darurat bencana hingga aktiviasi sistem komando penangangan darurat bencana.
Upaya penanganan juga terfokus pada penyelamatan dan evakuasi serta pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat korban dan pengunngsi. Langkah tersebut juga mengutamakan perlindungan kelompok rentan, pengendalian terhadap sumber ancaman bencana dan perbaikan fungsi prasarana dan sarana vital.
“Atas perintah Pak Presiden, kami mengerahkan segala upaya agar masyarakat yang tertimpa bencana ini segera tertangani,” kata Pratikno.
Ia menjelaskan kondisi cuaca ekstrem yang melanda sejumlah kawasan di Sumatra seperti Aceh, Sumut, dan Sumbar sejak 25 November lalu dipicu oleh Siklon Tropis Senyar dan Siklon Tropis Koto.
Siklon Tropis Senyar dan Koto
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menjelaskan Siklon Tropis Senyar berawal sebagai bibit Siklon Tropis 95B yang terdeteksi di Selat Malaka pada 21 November 2025 pukul 01.00 WIB.
Bibit tersebut kemudian mengalami intensifikasi hingga diklasifikasikan sebagai siklon tropis pada 26 November 2025 pukul 07.00 WIB di perairan timur Kabupaten Aceh Timur. Siklon Tropis Senyar memicu dampak cuaca ekstrem, angin kencang, dan gelombang tinggi di Aceh, Sumbar, Sumut, dan Riau.
Banjir bandang rusak jembatan lintas nasional di Pidie Jaya (ANTARA FOTO/Ampelsa/foc.)
Adapun Siklon Tropis Koto berkembang dari bibit siklon tropis 92W pada 25 November 2025 pada pukul 19.00 WIB di Laut Sulu. Wilayah yang terdampak cuaca ektrem yakni Kepualaun Riau, serta memicu gelombang tinggi di sejumlah perairan seperti Laut Natuna dan Selat Karimata bagian utara.
“Kami juga melakukan operasi modifikasi cuaca, sudah mulai bisa diterbangkan untuk mengurangi curah hujan di daratan sehingga nanti curah hujan kita bawa ke lautan,” kata Pratikno.