Internal The Fed Terbelah, Powell Bungkam Menjelang FOMC Desember

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Perpecahan di internal Federal Reserve (The Fed) semakin mengemuka menjelang keputusan kebijakan Desember 2025, ketika para pejabat mengambil posisi berbeda sementara Ketua The Fed Jerome Powell memilih bungkam.

Ketegangan meningkat pada Jumat (21/11/2025) pekan lalu lalu setelah Presiden The Fed New York John Williams—yang kerap dianggap sebagai representasi Powell—menyiratkan dukungan terhadap pemangkasan suku bunga.

Pernyataan itu muncul setelah sejumlah pembuat kebijakan sebelumnya menyatakan keberatan terhadap langkah tersebut

: Risalah FOMC: The Fed Dorong Suku Bunga Stabil di Sisa 2025

Powell sendiri belum tampil di publik sejak keputusan suku bunga The Fed terakhir pada 29 Oktober 2025. 

Namun demikian, rangkaian pernyataan terbaru para anggota Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan bahwa mereka kini hampir terbelah rata terkait arah kebijakan, sehingga diprediksi akan ada suara tidak setuju dalam keputusan 10 Desember 2025, apa pun hasilnya.

: : Harga Emas Hari Ini Naik di Tengah Antisipasi Arah Kebijakan Suku Bunga The Fed

Di bawah kepemimpinan Powell, perbedaan suara sebelumnya jarang terjadi. Namun tahun ini, ketika The Fed harus menyeimbangkan antara mendukung pasar tenaga kerja yang melemah dan menjaga inflasi tetap terkendali, kesepakatan bulat sudah tidak tercapai sejak Juni 2025.

Penutupan pemerintahan atau government shutdown AS yang sempat menunda perilisan data ekonomi penting pun semakin menyulitkan proses pengambilan keputusan.

: : Trump Sudah Kantongi Calon Ketua The Fed Pengganti Powell, Ini Bocorannya

“Dengan Powell yang memilih tidak tampil, dia memberi ruang bagi semua anggota FOMC untuk menyampaikan pandangan mereka dan didengar. Ini sebenarnya baik, karena situasinya memang rumit dan perdebatan diperlukan,” ujar Claudia Sahm, Kepala Ekonom New Century Advisors sekaligus mantan ekonom The Fed, dikutip dari Bloomberg pada Senin (24/11/2025).

Pasar Terombang-ambing

Dinamika tersebut membuat pasar keuangan kebingungan, karena pelaku pasar yang biasanya mengikuti panduan konsensus kini harus menghitung suara individu para pejabat.

Menjelang rapat Oktober 2025, investor memandang pemangkasan suku bunga Desember sebagai kepastian. Namun peluang itu anjlok setelah muncul sentimen hawkish dan sempat turun di bawah 30%, berdasarkan harga futures Fed funds. Setelah komentar Williams, peluang itu kembali melonjak ke atas 60%.

The Fed selama ini dikenal mengedepankan pengambilan keputusan berbasis konsensus, yang menjadi ciri kepemimpinan Powell sejak 2018. Minimnya suara tak sejalan (dissent) biasanya menjadi sinyal kepercayaan diri terhadap keputusan yang diambil, dan sejumlah penelitian menunjukkan hal itu membantu kejelasan komunikasi kebijakan. 

Namun, para pengkritik menilai konsensus yang terlalu kuat dapat memicu “group-think” dan menyingkirkan argumen penting.

“Soal group-think, bagi yang menuduh kami seperti itu, bersiaplah. Anda mungkin akan melihat FOMC paling tidak kompak dalam waktu yang lama,” ujar Gubernur The Fed Christopher Waller pada Senin (24/11/2025).

Waller tercatat menolak keputusan menahan suku bunga pada Juli 2025, bersama Gubernur Michelle Bowman—momen pertama dua gubernur menentang ketua dalam 32 tahun.

Pada pertemuan berikutnya, September 2025, Gubernur Stephen Miran—yang baru dilantik setelah dinominasikan Donald Trump—menolak keputusan menurunkan suku bunga seperempat poin, dan meminta pemangkasan yang lebih agresif. 

Pada pertemuan Oktober 2925, Miran kembali dissent dengan alasan serupa, sementara Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid justru menentang pemangkasan dan ingin mempertahankan suku bunga.

Sentimen hawkish semakin banyak diutarakan belakangan ini. Dari 12 pejabat pemilik hak suara tahun ini, lima di antaranya telah menyatakan kecenderungan mempertahankan suku bunga pada Desember 2025.

“Kita harus berhati-hati dan cermat dalam kebijakan moneter,” ujar Gubernur The Fed Michael Barr, yang sebelumnya cenderung mendukung pasar tenaga kerja.

Sejumlah pejabat yang biasanya dovish pun mulai menunjukkan preferensi menahan suku bunga. Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee—yang belum pernah dissent dalam hampir tiga tahun—menyatakan siap melakukannya jika diperlukan.

“Jika saya merasa yakin pada satu arah, meski berbeda dari yang lain, ya, sudah. Itu sehat,” ujarnya.

Goolsbee mengakui dissent meningkat tahun ini, tetapi menilai hal itu wajar dan baik untuk proses pengambilan kebijakan.

Dalam sejarah panjang The Fed, hal ini bukan fenomena baru. Perbedaan suara marak pada 1980-an ketika suku bunga dinaikkan secara agresif untuk menekan inflasi, dan kembali muncul pada 1990-an ketika kekhawatiran inflasi tinggi masih menghantui pembuat kebijakan.

Presiden The Fed Dallas, Lorie Logan, menuturkan bahwa ketidakpastian adalah bagian dari ekonomi makro dan kebijakan moneter. 

“Kita tidak pernah tahu dengan pasti kondisi ekonomi secara menyeluruh, tetapi kita tetap harus membuat keputusan,” jelasnya.

Keputusan Desember 2025 disebut-sebut sebagai yang paling ketat dalam beberapa tahun. Beberapa ekonom, seperti Brett Ryan dari Deutsche Bank, menilai komentar Williams telah mengunci peluang pemangkasan. Namun sebagian lainnya masih ragu.