BI Masih Buka Ruang Suku Bunga Turun

Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah signifikan dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI rate sebanyak lima kali sejak awal tahun 2025. Meskipun demikian, bank sentral ini menegaskan belum ada rencana untuk melakukan pengetatan suku bunga dalam waktu dekat, justru membuka peluang untuk kebijakan moneter yang lebih akomodatif di masa mendatang.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, secara eksplisit menyatakan adanya ruang untuk kembali memangkas suku bunga acuan. Keputusan ini, menurut Perry, akan sangat bergantung pada terkendalinya tingkat inflasi serta kebutuhan untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. “Kami sudah sampaikan bahwa ada ruang penurunan BI rate ke depan. Kapan waktunya dan besarnya yang kami pertimbangkan adalah seberapa besar inflasi ke depan dan ruang mendorong pertumbuhan ekonomi,” tegas Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) IV Tahun 2025 di Gedung Thamrin Bank Indonesia pada Senin (3/11/2025).

Sejak September 2024, Bank Indonesia tercatat sudah enam kali menurunkan suku bunga acuan, dengan total pelonggaran mencapai 150 basis poin. Saat ini, BI rate berada di level 4,75 persen, diikuti oleh suku bunga deposit facility sebesar 3,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 5,5 persen. Ke depannya, Perry menekankan bahwa BI akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter yang telah diterapkan, stabilitas nilai tukar rupiah, serta prospek pertumbuhan ekonomi domestik.

Tidak hanya itu, Bank Indonesia juga secara aktif mengajak perbankan untuk segera menurunkan suku bunga kredit. Langkah ini diharapkan dapat memacu geliat perekonomian nasional melalui peningkatan permintaan kredit. Perry menjelaskan bahwa waktu dan besaran penurunan suku bunga acuan selanjutnya akan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah dan efektivitas transmisi kebijakan moneter yang telah ditempuh. “Bagaimana penurunan BI rate diikuti penurunan deposito dan lending. Bagaimana kelonggaran ekspansi moneter dan makroprudensial dan termasuk tambahan dana Rp200 triliun dari pemerintah mendorong kredit dan pertumbuhan ekonomi,” papar Perry, menyoroti pentingnya sinergi antara kebijakan bank sentral dan respons perbankan.

Melihat kondisi global, Bank Indonesia juga memiliki proyeksi soal arah suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. BI memperkirakan The Fed masih akan melakukan penurunan suku bunga acuan sebanyak dua kali lagi. Penurunan pertama diprediksi terjadi pada akhir tahun 2025, diikuti oleh penurunan kedua pada kuartal I-2026. Perry menambahkan, “Untuk Fed Funds Rate setelah penurunan terakhir bulan kemarin. Kami masih perkirakan satu kali lagi Fed Funds Rate akan turun di tahun 2025 dan di kuartal I-2026. Memang dari pasar memperkirakan dua kali lagi tahun ini (2025) dan satu kali tahun 2026, tetapi kami perkirakan satu kali tahun ini dan tahun depan,” memberikan gambaran perbedaan proyeksi BI dengan ekspektasi pasar.