
Ussindonesia.co.id , PALEMBANG— Bank Indonesia memprakirakan tekanan inflasi di Sumatra Selatan (Sumsel) masih akan berlanjut ke depan sejalan dengan Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026 yang semakin dekat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) Bambang Pramono mengungkapkan secara tahunan inflasi di wilayah itu pada Oktober sebesar 3,49% (year on year/YoY).
Walau masih berada dalam rentang sasaran 2,5±1%, tetapi angka tersebut sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 3,44% YoY.
: Bank Sumsel Babel Target Perkuat Finansial Lewat Inovasi dan Digitalisasi
“Sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi ini sejalan dengan tren nasional yang juga naik menjadi 2,86% YoY,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (9/11/2025).
Bambang mengatakan bahwa prakiraan ke depan tekanan terhadap inflasi Sumsel berasal dari meningkatnya konsumsi masyarakat.
: : Gas Biomethane dari Limbah Sawit Sumsel Bisa Segera Dialirkan
Tekanan juga berpotensi berasal dari beberapa komoditas volatile food sejalan dengan tantangan dalam proses produksi.
“Mengingat periode musim tanam padi dan hortikultura bertepatan dengan musim hujan yang dapat memengaruhi produktivitas,” katanya.
: : Pendapatan Negara di Sumsel Per September 2025 Capai Rp10,68 Triliun
Sementara itu, imbuh dia, dorongan inflasi juga berpotensi berasal dari emas perhiasan yang harganya diperkirakan tetap tinggi akibat ketidakpastian global dan pelemahan nilai tukar.
Oleh karena itu, pihaknya bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus melaksanakan strategi pengendalian inflasi melalui upaya keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
“TPID Sumatra Selatan juga telah melaksanakan penandatanganan MoU dan PKS Kerjasama antara Provinsi Sumsel, Kota Palembang, Kabupaten Muara Enim, Kota Lubuklinggau, Kabupaten Musi Rawas, dan Kabupaten Pagar Alam dengan Provinsi Sumatra Barat, Kabupaten Solok, dan Kabupaten Tanah Datar,” jelas Bambang.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Bambang Pramono mengatakan bahwa sepanjang tahun ini musim kemarau cenderung sedikit, bahkan mengarah pada La Nina.
Kondisi itu, kata dia, sangat tidak mendukung proses pertanaman di Sumsel yang lahan baku sawah (LBS) didominasi oleh rawa.
“Karena kita ketahui dari 519.482 LBS kita, itu memang 73% rawa. Jadi kalau musim hujan terus kemarau tidak panjang tentu akan menyulitkan untuk menanam di rawa lebak,” jelasnya.
Dengan demikian, Sumsel berupaya mengatasi itu melalui program pemerintah pusat yaitu optimalisasi lahan.
Saat ini, program tersebut telah berhasil membawa Sumsel meningkatkan luas panen sebesar 114.000 hektare dibandingkan tahun 2024.
“Atau meningkat 21% dibandingkan LBS 519.482 hektare. Dan tahun ini kita juga harus menyukseskan cetak sawah yang sekarang sudah kontrak seluas 33 ribu hektare,” pungkasnya.