
Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) secara dua hari beruntun mengakhiri pekan lalu dengan rekor all time high (ATH) penutupan baru. Kini indeks komposit bertengger di level 8.394,59.
Rekor ATH baru pada penutupan Kamis (6/11), IHSG ditutup di level 8.337 atau menguat 0,22%. Berikutnya pada ATH baru kedua, Jumat (7/11), IHSG ditutup menguat 0,69% atau 57,53 poin ke 8.394,59.
Dalam sepakan, 3-7 November 2025, jajaran top leaders saham dipimpin oleh saham konglomerasi. Emiten milik Grup Sinar Mas, PT Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA) dalam sepekan melesat 18,24% ke Rp100.000. Penguatan DSSA berkontribusi atas 56.57 poin penguatan IHSG.
: Saham Big Bank dan Konsumer Rawan Profit Taking Usai IHSG Pecah Rekor
Kemudian di urutan kedua top leaders sepekan ada saham emiten Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang dalam sepekan menguat 14,99% ke Rp9.975. Penguatan ini berkontribusi atas 53,27 poin laju indeks komposit.
Lantas, di tengah situasi pasar saham yang terus pecah rekor membuat rekor ATH baru, bagaimana langkah yang perlu diambil investor?
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata menjelaskan secara teknikal bahwa dalam fase bullish kuat seperti sekarang, price movement menjadi indikator utama. Sedangkan, teknikal lain seperti MACD atau RSI hanya berfungsi sebagai konfirmasi, bukan penentu arah.
Selama tren naik masih terjaga, dia menyarankan ke pelaku pasar agar lebih efektif fokus ke level support–resistance dan menggunakan trailing stop agar profit tetap mengalir tanpa overtrading.
“Kiwoom research menilai belum begitu urgent untuk para investor atau trader untuk melikuidasi portfolio saat ini. Namun, perhatikan money-management jika ingin buka posisi beli baru,” ujar Liza kepada Bisnis, dikutip Minggu (9/11/2025).
: : Membedah IHSG Pekan Ini Setelah ATH 2 Hari Beruntun, di Mana Posisi Investor Asing?
Liza menyarankan, melakukan average up akan lebih bijak dilakukan bertahap jika saham yang dibidik berhasil melewati resistance layer demi layer. Dia juga menyarankan agar pelaku pasar memperhatikan rotasi sektor.
“Asing seperti mulai masuk ke bluechips old school dalam beberapa waktu terakhir. Yang sudah naik tinggi dan kurang solid fundamentalnya baiknya kurangi posisi, sell on strength,” tambahnya.
Adapun, momentum bullish IHSG saat ini menurutnya ditopang fundamental makro yang solid, seperti inflasi yang terkendali, PMI manufaktur yang menunjukkan tren ekspansif, PDB kuartal III/2025 di atas ekspektasi, data neraca perdagangan yang surplus dalam 50 bulan berturut-turut, serta data ekspor-impor yang terus tumbuh.
Selain itu, ada juga katalis positif seperti tren penurunan suku bunga, kebijakan stimulus fiskal pemerintah di kuartal IV/2025, kebijakan PPN ditanggung pemerintah (DTP) yang berlanjut sampai 2027, serta adanya potensi inflow asing pasca hasil rebalancing MSCI index periode November, ditambah dukungan likuiditas pemerintah dan Danantara memperkuat argumentasi bahwa reli IHSG masih memiliki bahan bakar cukup masuk akal untuk berlanjut.
“Target dari pattern bullish di 8.600 bisa saja dicapai sebelum akhir tahun. Secara penutupan hari ini [Jumat 7 November 2025] ditutup di level ATH baru,” tandasnya.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.